PENDIDIKAN
SEUMUR HIDUP ADALAH TUNTUTAN
KEHIDUPAN MANUSIA SEBAGAI MAHKLUK YANG BERAKAL
KEHIDUPAN MANUSIA SEBAGAI MAHKLUK YANG BERAKAL
I.
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Pendidikan
merupakan terobosan penting dalam upaya membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, apabila tidak memprioritaskan pendidikan sebagai unsur yang penting
dalam membangun manusia seutuhnya, maka akan berimplikasi terhadap munculnya
berbagai masalah kemanusian, seperti meningkatnya pengangguran, meningkatnya kriminalitas,
meningkatnya kemiskinan dan berbagai persoalan lain yang dapat menghambat
kemajuan suatu bangsa dan negara dalam upaya mewujudkan kesejahteraan yang adil
dan merata. Dengan pendidikan manusia
dapat menuju kesempurnaan hidupnya, karena pada dasarnya pendidikan merupakan
upaya sadar yang dilalukan oleh individu atau kelompok dengan individu atau
kelompok lain untuk memperoleh ilmu, membentuk sikap, dan membekali
keterampilan.
Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan
yang paling unggul keberadaannya dibandingkan dengan mahkluk lain (binatang dan
tumbuhan), keunggulan manusia terletak pada akalnya. Dengan akalnya, manusia
dapat mengatasi berbagai persoalan hidupnya dengan mudah, namun apabila akal
tersebut tidak dioptimalkan fungsinya, maka manusia tidak akan memiliki arti
apa-apa dalam hidupnya, manusia tidak lebih seperti mahkluk lain yang hanya
melakukan reproduksi. Oleh karena itu pendidikan sebagai sarana untuk
mengoptimalkan fungsi akal dalam kehidupan manusia merupakan kebutuhan yang
amat vital dan perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak. Menurut Ahmadi (2007: 234) Pendidikan dilakukan
melalui proses berpikir tentang diri dan lingkungannya melalui proses
pembelajaran. Sedangkan berpikir pada dasarnya merupakan sebuah proses yang
membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam
mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan
yang berupa ilmu.
Ilmu merupakan buah pemikiran
manusia dalam menjawab berbagai persoalan yang ditemukan dalam hidupnya yang
disusun secara kritis, analitis, dan sistimatis, serta telah dibuktikan
kebenarannya.Untuk bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita
harus mengerti apakah makna ilmu itu sebenarnya bagi kehidupan manusia.
Mereka
yang mendewa-dewakan ilmu sebagai satu-satunya sumber
kebenaran biasanya tidak mengetahui makna ilmu yang sebenarnya.
Demikian juga sebaliknya dengan mereka yang memalingkan
muka dari ilmu, mereka yang tidak mau melihat kenyataan
betapa ilmu telah membentuk peradaban seperti apa yang kita
punyai sekarang ini, kepicikan seperti itu kemungkinan besar disebabkan karena mereka kurang mengenal makna ilmu yang sebenarnya.
Ilmu diperoleh melalui pendidikan
dengan melakukan proses pembelajaran, kehidupan tanpa ilmu ibarat bearjalan
tanpa petunjuk, sehingga pendidikan bagi hidup manusia sebagai mahkluk yang
berakal merupakan tuntutan kehidupan yang harus dilakukan sepanjang hayat. Sebagaimana
yang ditulis dalam ketetapan MPR No.IV/1987 menyatakan bahwa : “Pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarkat.Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama
antar keluarga, masyarakat dan pemerintah.
B.Rumusan
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain:
1.Apa makna pendidikan bagi kehidupan?
2.Apa manfaat pendidikan bagi kehidupan manusia?
3.Mengapa pendidikan merupakan tuntutan kehidupan yang
berakal?
II.Pembahasan
A. Pengertian Pendidikan
Para ahli pendidikan mengartikan pendidikan dengan pandangan
yang berbeda-beda. Ahmadi (2007:204) berpendapat bahwa pendidikan adalah
mempersiapkan dan memberikan bekal kepada anak untuk menjadi orang yang
sempurna, percaya pada diri sendiri sehingga dapat lebih baik selama hidupnya. Sedangkan
Plato berpendapat dalam Ahmadi (2007: 106)“pendidikan adalah mengasuh jasmani
dan rohani untuk mencapai keindahan dan kesempurnaan hidup manusia di dunia.”
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha
mempersiapkan diri dan membekali anak agar menjadi orang yang sempurna baik
sempurna secara jasmani ataupun rohani
B. Fungsi Pendidikan Bagi Kehidupan
Manusia
Pendidikan merupakan proses untuk
dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki ilmu, moral dan keterampilan.
Pendidikan sebagai proses berarti pendidikan dipandang sebagai pelaksanaan
berbagai usaha untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Secara makro menurut Ahmadi
(2007: 233) Pratiknya bahwa fungsi proses pendidikan itu meliputi tiga hal,
yaitu (1) proses alih nilai (transfer of
Value), (2) Proses alih pengetahuan (transfer
of knowledge) dan (3) Proses alih metodologi (Transfer of Methodology).
Melalui proses
pendidikan individu didorong untuk berpikir, menilai dan bertindak. Sedangkan
hasil pendidikan yang diinginkan barulah tercapai bila berpikir dan tingkah
lakunya membantu kebutuhan individu dan kesejahteraan kelompoknya.
Individualisasi dan sosialisasi yang bertujuan untuk memajukan dan meningkatkan
kemampuan pribadi, termasuk juga kehidupan sosialnya. Sebagaimana dinyatakan Crow
dan Crow dalam mustaqim (2010:90) bahwa pendidikan sebagai suatu proses dalam
menambah suatu bentuk kegiatan yang menjadikan seseorang individu sesuai dengan
kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan kebiasaan-kebiasaan,undang-undang,
keyakinan, bahasa dan lembaga-lembaga sosial dari satu generasi ke generasi
lainnya.
Hasil pendidikan
meliputi perubahan yang telah terjadi atau berlangsung sebagai hasil
partisipasi individu dalam pengalaman belajar menurut Slemeto (2010: 26-28).
Perubahan yang diperoleh sebagai hasil belajar sebenarnya merupakan petunjuk
demi mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan tuntutan pendidikan akan
berbeda-beda karena tuntutan kultural dan kemampuan serta ambisi individu. Oleh
karena itu hasil pendidikan sebagai pencerminan dari keseluruhan pengaruh
belajar akan berbeda diantara kelompok-kelompok kultural dan antar anggota
kelompok yang sama. Dengan demikian hasil pendidikan dapat menggambarkan
tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang sebagai hasil pengalaman belajar.
Namun menurut Plato bahwa hakikat pendidikan tidak saja hanya menerima
pengetahuan, tetapi adanya perkembangan pembawaan yaitu pembawaan untuk
memperoleh hakikat diri yang dihasilkan dari pengalaman yang berkesinambungan. Secara
mikro menurut pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia yang
dalam prosesnya meliputi tiga hal (1) proses pembudayaan, (2) proses pembinaan
iman dan takwa, (3) Proses pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Proses pembudayaan
ialah proses transformasi budaya yang berkaitan dengan nilai-nilai etis,
estetis dan nilai budaya, serta wawasan kebangsaan dalam rangka terbinanya
manusia berbudaya. Proses pembinaan iman dan taqwa ialah transformasi
nilai-nilai keagamaan (iman, taqwa, kebajikan dan lain sebagainya).
Proses
pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi ialah mengembangkan potensi kearah
terbinanya kemampuan manusia sebagai manusia yang mampu mengembangkan dirinya
dan mengolah lingkungannya, dengan kemampuanya untuk menciptakan dan
memanfaatkan dalam proses mengatasi persoalan hidupnya, maka akan mendapatkan
kesejahteraan bagi umat manusia.Sedangkan keselarasan dalam kaitannya dengan
individu dan masyarakat untuk keperluan pendidikan dari perspektif subyek dan
perspektif pendidik. Hal ini bahwa pada hakikatnya pendidikan adalah proses
pemanusiaan yang hanya bisa dilakukan oleh manusia.
Oleh karenanya
prakarsa dan tanggung jawab belajar yaitu cara untuk individu, harus secara
eksplisit dan sedini mungkin diberikan kepada subyek didik. Akibatnya pada
tingkat permulaan pendidik mengambil sikap lebih mencampuri dan menentukan,
tetapi pada prinsipnya sejak sedini mungkin dan secara sistematis pendidik
menarik diri dari campur tangan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pendidik
dalam menyediakan dan mengatur kondisi untuk membelajarkan subyek didik dengan
demikian diharapkan akan menghasilkan manusia dan masyarakat belajar yang mampu
memperbaharui metode pendidikan yang sesuai dengan pembinaan dan pengembangan
peserta didiknya.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
fungsi pendidikan bagi kehidupan manusia meliputi: proses interaksi manusia
yang ditandai keseimbangan dan kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan
pendidik, usaha penyiapan subyek didik menghadapi lingkungan hidup yang terus
menerus, meningkatkan kualitas pribadi dan masyarakat, berlangsung seumur
hidup, kuat dalam mengahadapi prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi
bagi pembentukan manusia
seutuhnya.
C. Tiga Pusat Pendidikan Sebagai
Jalur Pendidikan.
Dalam mekanismenya pendidikan dilaksanakan melalui tiga
jalur pendidikan yang dikenal dengan istilah tri pusat pendidikan. Ketiga jalur
tersebut antara lain: jalur sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan
melalui jalur sekolah diartikan terutama memberi bekal kepada anak agar dapat
memasuki kehidupan bermasyarakat dimana perkembangannya seirama dengan
perkembangan masing-masing masyarakat.
Menurut Ahmadi (2007: 162-165) penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan melalui jalur sekolah dan tindakan pendidikan yang dikuasai
seseorang diperoleh melalui jalur sekolah. Jalur sekolah merupakan pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan pembelajaran secara
berkesinambungan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal pada dasarnya membantu keluarga dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan
dan pendayagunaan bakat, minat dan potensi yang dimiliki anak. Kegiatan untuk
mengembangkan bakat, minat dan potensi tersebut harus dilakukan secara
terencana, terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu, tujuan
tersebut harus mengandung nilai- nilai yang serasi dengan kehidupan yang
berlaku dilingkungan masyarakat. Oleh karena itu fungsi sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal berfungsi untukmeneruskan, mempertahankan dan
sebagai sarana untuk memobilisasi individu dan masyarakat
melalui pembelajaran, serta ikut membentuk kepribadian subyek didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di dalam
kebudayaan dan masyarakat.
Dengan
demikian sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran besar dalam membentuk dan menyiapkan seseorang untuk
menjadi orang yang memiliki pengetahuan, mandiri,
profesionalisme serta bertanggung jawab terhadap kelangsungan
hidup manusia di masa mendatang.
Selanjutnya jalur pendidikan yang kedua adalah jalur
pendidikan yang dilaksankan pada
masyarakat seperti kursus-kursus dan pelatihan. Jalur pendidikan yang dilaksanakan di masyarakat merupakan upaya untuk mengembangkan
sumber daya manusia, terutama pengembangan aspek
kemampuan intelektual dan aspek kepribadian manusia. Pendidikan yang non formal
yang dilaksanakan di masyarakat seperti pelatihan dan
kurusus-kursus pada hakikatnya merupakan bagian dari proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau
keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan
latihan adalah suatu cara untuk memperoleh keterampilan
tertentu. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pendidikan dalam pelaksanaanya dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia baik
dari aspek keilmuwan dan moral maupun dari aspek
keterampilan.Selain dari jalur pendidikan formal dan non
formal sebagai sarana pengembangan kualitas sumber daya
manusia, jalur pendidikan lain yang tidak kalah pentingnya adalah jalur pendidikan informal yaitu pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga.
Sebab pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang
pertama dan utama di mana anak mulai diperkenalkan dengan
dunianya yang mengitarinya.Anak-anak mulai mengenal dunia
karena diperkenalkan oleh keluarganya terutama oleh ayah ibunya sebagai pendidikan yang pertama sekali dalam proses pendidikan
manusia. Oleh karena itu pendidikan keluarga menjadi
pendidikan yang begitu amat penting dalam kehidupan
manusia dalam pengembaraannya di dunia ini. Demikian bahwa pendidikan formal, non formal dan
pendidikan imformal merupakan jalur pendidikan yang
penting dan strategis dalam upaya pengembangan kualitas
sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.
D.
Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup
Adapun
karakteristik pendidikan seumur hidup menurut Redja mudyahardjo (1998) yaitu:
1.Hidup,seumur hidup, dan pendidikan
2.Pendidikan tidak akan usai setelah
berakhirnya masa sekolah
3.Pendidikan seumur hidup tidak
diartikan sebagai pendidikan dewasa saja
(tetapi pendidikan yg dimulai dr
SD,SMP,SMA,PTN,dan sebagainya)
4.Mencakup pola pendidikan formal,maupun
non formal
5.Rumah mempunyai peranan pertama
6.Bersifat Universal dan dinamis
7.Adaptif dan inovatif
8.Bertujuan meningkatkan mutu hidup
9.Syarat utama adalah kesempatan,
motivasi dan edukabilitas
E. Pendidikan Seumur Hidup Adalah Pendidikan
yang Holistik
Pendidikan seumur hidup dikatakan
holistic karena bersifat menyeluruh dan tidak terputus, yang mempunyai satu
kesatuan yang terintegrasi satu dengan yang lain, yang mencakup ppendidikan
formal, informal, nonformal.
F. Kontribusi Pendidikan Seumur Hidup
pada Dunia Pendidikan
Kontribusi yang deiberikan oleh
pendidikan seumur hidup yaitu:
1.
Learning resources
Yaitu diharapkan kepada guru untuk
menggunakan berbagai sumber belajar.
2. Guru harus mampu menjadi
Fasilitator dan motivator
3.
Learning aids
Yaitu guru harus menggunakan
berbagai alat bantu mengajar.
E. Pendidikan Seumur Hidup Adalah
Tuntutan Bagi Kehidupan Manusia
Sebagai Makhluk Yang Berakal
Pendidikan seumur hidup merupakan
tuntutan bagi kehidupan yang berakal, hal ini karena pendidikan adalah
instrument untuk menuju kesempurnaan hidup manusia. Manusia dinyatakan sebagai
manusia apabila mampu menyatakan dirinya dalam hidupnya melalui aktivitas
berpikir, bersikap, dan bekerja, dimana aktivitas tersebut merupakan perangkat
pendidikan.
Dalam ajaran Islam
sebagai agama rahmatanlillalamin memberikan perhatian khusus terhadap
pendidikan sebagai sesuatu yang penting bagi hidup manusia untuk dapat mencapai
eksistensi kemanusiaanya. Dalam upaya untuk menuju kesempurnaan hidup, maka
Islam memerintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu yang tidak terbatas selama
hayat masih dikandung badan. Prinsip belajar yang diperoleh melalui pendidikan
ini merupakan ajaran Islam yang penting sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”. (HR. Ibn. Abd. Bar.).
Dalam hadits tersebut dinyatakan bahwa manusia sebagai mahkluk berakal dituntut
untuk mecari ilmu sepanjang hidupnya melalui proses pendidikan. Sebab dalam
Islam dinyatakan bahwa mereka yang berilmu dan tidak berilmu itu berbeda,
sebagaimana dinyatakan dalam Firman Allah “Katakanlah (ya Muhammad), tidaklah
sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu! Sesungguhnyalah yang
memiliki akal pikiranlah yang dapat menerima pelajaran. Q.S. Ar. Zumar 9).
Berdasarkan ayat
di atas, memberikan isyarat kepada manusia tentang adanya perbedaan bagi
manusia sebagai mahkluk yang berakal yang memfungsikan akalnya secara optimal
dengan yang tidak, bagi manusia yang memiliki ilmu akan ditinggikan derajatnya
dibandingkan dengan mereka yang tak berilmu. Hal ini sesuai dengan Firman
Allah: (Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
itu. (Q.S 58 Al Mujadalah 11)
Demikian beberapa pernyataan hadits
di atas merupakan faktor terbesar yang membuat manusia itu mulia, karena
memiliki ilmu dan menggunakan ilmunya, sehingga menuntut ilmu melalui proses
pendidikan seumur hidup merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap orang
sebagai mhkluk yang berakal. Oleh karena itu, bahwa Islam mengajarkan tentang pendidikan
yang bersifat mendalam, integral, universal, dan berlangsung seumur hidup. Hal
ini agar manusia dapat memperoleh kesejahteraan hidupnya sebagai akhir dari
tujuan pendidikan. Selanjutnya bahwa, pendidikan merupakan kebutuhan yang harus
diutamakan yang di awali dari pemeliharaan diri, keluarga, dan masyarakat yang
kemudian sebagai wujudnya harus direalisasikan baik dalam institusi pendidikan
imformal, formal dan non formal sebagai sarananya.
Pendidikan informal yang
dilaksanakan dalam keluarga merupakan pendidikan yang paling utama, yaitu
dimana anak-anak mulai mengenal dunia sekitarnya. Anak-anak diperkenalkan
dengan berbagai macam pelajaran dari mulai cara mengucapkan kata-kata seperti
mama, papa, kakak, adik dan lailn-lain, sampai pada mengenal dunia sekitarnya.
Sehingga keluarga memiliki peran yang cukup besar bagi pembentukan watak dan
sikap anak.
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah dari mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi, pendidikan sekolah
merupakan pendidikan yang berjenjang dan memiliki aturan dan disiplin yang
ketat, dimana para peserta didik diberikan pengetahuan dan dibekali
keterampilan sesuai dengan program studi yang disediakan oleh sekolah.
Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di
masyarakat melalui kursus-kursus, pelatihan, lokakarya dan lain-lain. Tujuan
dari jenis pendidikan yang dilaksanakan di masyarakat adalah adalah membekali
keterampilan pada peserta didiknya untuk dapat bekerja secara profesional
sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya.
Jika kita masih menemukan didaerah tradisional begitu
sederhananya mengartikan pendidikan hanya sebatas Sekolah Dasar saja, maka
sebagai seorang pendidik harus mampu mengadakan penyuluhan untuk merubah pola
pikar warga tersebut. Karena Pendidikan Seumur Hidup sangat perlu. Yang
disebabkan tidak cukupnya pengetahuan dari bangku formal saja,daya serap
rata-rata lulusan sekolah yang masih rendah, dan pelaksanaan pendidikan sekolah
tidak efisien. Oleh karena itu bantulah warga daerah ataupun desa untuk
mengubah pola piker mereka bahwa hidup tidak cukup dengan hanya menjadi seperti
ayah kalian, yang misalnya seorang petani paling tidak lebih baik satu tingkat
diatas ayah kalian.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pendidikan
merupakan tuntutan bagi kehidupan yang berakal. Hal ini sejalan dengan ajaran
agama dengan mewajibkan untuk menuntut ilmu sepanjang hayat, hal ini agar
manusia dapat merealisasikan eksistensi kemanusiaan dalam kehidupannya dengan
tindakan yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan pada masa sekarang dan
yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar