I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang
sangat pesat serta memberikan dampak positif bagi pendidikan. Dengan adanya
dampak positif bagi pendidikan, maka manusia dengan segala persoalan dan
kegiatannya secara dinamis dituntut untuk mampu beradaptasi dan menyelesaikan
masalah yang sudah dihadapi saat ini.
Didalam kesadaran yang ada pada diri manusia maka manusia
kiranya mampu menyelesaikan masalah yang ada, dan menyelesaikan masalah
tersebut dibutuhkan kecerdasan, kreativitas dan kearifan agar dalam
menyelesaikan masalah tidak menimbulkan masalah yang lebih sulit lagi.
Pendidikan sebagai faktor kunci dalam pembangunan bangsa dan
negara. Banyak penelitian menunjukkan tentang adanya korelasi positif antara mutu
hasil pendidikan dengan perkembangan ekonomi (sadima, 2007). Hal ini berarti
bahwa peningkatan mutu pendidikan adalah tantangan paling penting di dalam
pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional.
Untuk
menciptakan manusia yang berkualitas tentu tidak terlepas dari dunia
pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu wadah untuk
melahirkan generasi yang berkualitas dan mandiri, dan pendidikan harus memiliki
kualitas yang baik. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia
(RI) nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional ditetapkan
ketentuan sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 bahwa:
“Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Dari rumusan yang
diuraikan, dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) perlunya
perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran dengan jalan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan termotivasi
dan belajar, agar hasil belajarnya meningkat. Semakin positif sikapnya, semakin
bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, dan semakin mantap
pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Sebagai upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, telah dilakukan pengkajian
ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu
ke waktu. Salah satunya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang
proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami. Pembelajaran yang
dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa pada saat ini, dapat
dilakukan dengan cara penggunaan teknologi, atau yang dikenal dengan nama
teknologi pembelajaran.
Teknologi pembelajaran
dalam arti sempit bisa merupakan media pembelajaran. Dalam arti luas media
pembelajaran adalah hasil teknologi yang digunakan sebagai alat pembelajaran
agar berhasil guna, efisien, dan efektif (Syukur, 2008). Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi untuk meningkatkan hasil
pembelajaran secara efisien dan efektif serta dapat meningkatkan pemahaman bagi
siswa, yang ada pada gilirannya dapat meningkatkan mutu hasil belajarnya.
Berdasarkan
hasil pengamatan di SMA Negeri 1 Pemulutan Selatan (PemSel) serta membandingkan
dengan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan dengan guru Ekonomi di SMA
Negeri 3 Palembang, diperoleh informasi bahwa permasalahan yang selama ini
terjadi adalah keluhan mengenai kurangnya media yang sederhana dan inovatif
didalam penyampaian materi pelajaran ekonomi, yang mengakibatkan menurunnya
motivasi dan hasil belajar siswa.
Dari uraian
masalah yang ada, menunjukkan perlunya terobosan dalam kegiatan pembelajaran
yang dapat membantu siswa dalam menunjang proses pembelajaran. Dengan demikian
pendayagunaan media pembelajaran untuk pelaksanaan pendidikan menjadi sangat
penting dalam rangka meningkatkan mutu hasil belajar. Salah satu media yang
cukup efektif dan efisien adalah naskah audio pembelajaran (sadiman, 2009).
Sehubungan
dengan hal tersebut, maka diharapkan proses pembelajaran yang diberikan dapat
lebih memberikan pengalaman yang berarti bagi siswa, sehingga perubahan
perilaku dalam kawasan kognitif, afektif, ataupun psikomotorik yang dirumuskan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal (winkle, 1987).
Salah satu mata
pelajaran yang mengalami inovasi adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), IPS berkaitan dengan cara mencari tahu apa yang terjadi pada kehidupan
sosial atau sehari-hari, sehingga IPS adalah ilmu pengetahuan yang berupa
konsep kehidupan sehari-hari.
IPS diperlukan
dalam kehidupan untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial.
Penerapan IPS perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga hubungan sosial
manusia. Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), diharapkan adanya
pembelajaran sosial, teknologi dan masyarakat secara terpadu yang diarahkan
pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat mutu karya melalui
penerapan IPS dan kompetensi Kerja Ilmiah secara bijaksana (Depdiknas 2006).
Tuntutan kurikulum seperti diatas harus dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran IPS, sehingga perlu diterapkan inovasi pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, agar belajar tidak membosankan sehingga mampu
menghasilkan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan.
Dari latar belakang yang telah diuraikan, dapat dilihat kondisi
siswa kelas X di SMAN 3 Palembang dan SMAN 1 PemSel relatif heterogen. Jika
dilihat dari segi sarana yang dimiliki, SMAN 3 Palembang mempunyai fasilitas belajar
yang lengkap, akan tetapi guru di sekolah tersebut belum menggunakan media
pembelajaran dalam menyampaikan materi, sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan masih sangat konvensional, jika dibandingkan dengan SMAN 1 PemSel
fasilitas di sekolah ini, masih sangat minim. Oleh karena itu, penulis akan
membuat media pembelajaran yang sederhana, yang dapat digunakan di kedua
sekolah tersebut. Berdasarkan segi buku wajib yang harus dimiliki siswa di SMAN
1 PemSel, tidak ada satu pun siswa yang memilikinya, hal ini dikarenakan adanya
buku pinjaman dari sekolah. Berbeda dengan SMAN 3 Palembang, siswa diwajibkan
memiliki buku pegangan.
Hal tersebut, mengakibatkan kemampuan siswa di SMAN 1 PemSel
dalam menjawab pertanyaan dari 33 siswa lainnya hanya 20 siswa saja yang mampu,
dan untuk mengungkapkan dengan lisan sangat rendah, yaitu mencapai 13 orang.
Sedangkan yang terjadi di SMAN 3 Palembang adalah rendahnya motivasi siswa
dalam belajar, dikarenakan penyampaian materi yang kurang menarik. Rendahnya
motivasi siswa, berdampak pada menurunnya hasil belajar siswa.
Dari hasil analisis materi pelajaran, rendahnya hasil belajar
sisiwa menunjukkan bahwa nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran ekonomi
Standar Kompetensi (SK) 1.Manusia dan Ekonomi, Kompetensi Dasar (KD) 1.2
mendeskripsikan macam-macam kebutuhan manusia, memiliki nilai yang rendah jika
dibandingkan dengan pokok bahasan dari KD lainnya. Rendahnya hasil belajar
siswa dalam proses belajar mengajar dapat mengakibatkan proses belajar menjadi
kurang optimal sehingga materi yang disajikan menjadi tidak tuntas. Oleh karena
itu, sebagai seorang profesional maka wajib bagi guru untuk membuat kondisi
belajar mejadi optimal. Dari hal tersebut guru mencoba membuat media naskah
audio, untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru memilih media audio visual
dikarenakan senangnya siswa-siswi mendengarkan lagu pada waktu istirahat .
Sebelumnya media sejenis audio visual adalah media lagu, juga
digunakan oleh gustiani mahasiswi dari Universitas Pendidikan Indonesia dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa lagu dapat digunakan untuk melatih daya
analisis siswa dari apa yang mereka simak, dan hasil penelitiannya media lagu
digunakan sebagai penunjang pendidikan ke arah kegiatan-kegiatan belajar
mengajar yang lebih mengasyikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa media naskah audio dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa. Dari latar belakang yang telah diuraikan,
maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai media naskah audio dengan judul “Pengembangan Naskah Audio pada Pembelajaran
Ekonomi Kelas X Topik Manusia dan Kebutuhan Di Sekolah Menengah Atas”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang, maka rumusan masalah pada proposal penelitian ini yaitu;
1. Apakah karakteristik penggunaan
media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia dan
kebutuhan di SMA yang dikembangkan valid dan praktis?
2. Bagaimana dampak
penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia
dan kebutuhan di SMA terhadap motivasi belajar siswa?
3. Bagaimanakah dampak
penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia
dan kebutuhan di SMA terhadap hasil belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
Rumusan masalah yang dikemukakan, adapun tujuan dari proposal penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui karakteristik
penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia
dan kebutuhan di SMA yang dikembangkan valid dan praktis
2.
Untuk mengetahui dampak
penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia
dan kebutuhan di SMA terhadap motivasi belajar siswa.
3.
Untuk mengetahui dampak
penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia
dan kebutuhan di SMA terhadap hasil belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis maupun praktis. Secara teoritis dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan tentang penggunaan media naskah audio di sekolah yang berkaitan
dengan motivasi dan hasil belajar. Sedangkan secara praktis;
1.
Bagi lembaga : diharapkan dapat bermanfaat dalam mendukung
kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa.
2.
Bagi guru : diharapkan dapat bermanfaat sebagai
media yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Bagi siswa : diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
II. Pembahasan
A. Pengertian Media
Pembelajaran
Seseorang belajar karena ada yang mengajar. Proses pembelajaran
dapat terjadi kapan saja, dan dimana saja. Proses pembelajaran terjadi karena
adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Guru bukan satu-satunya sumber
belajar, walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses pembelajaran sangat
penting. Dengan berkembangnya ilmu penegtahuan dan teknologi maka berkembang
pula tugas dan peran guru, seiring dengan berkembangnnya jumlah anak yang
memerlukan pendidikan.
Dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan di SMA dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
salah satu rencana strategis pemerintah antara lain (Diknas, 2003) adalah;
1.
Meningkatkan kemampuan
profesional guru, melalui pengembangan pelaksanaan proses pembelajaran,
2.
Meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses pembelajran melalui peningkatan kemampuan guru dalam
mengelola belajar dan sumber-sumber belajar lainnya, agar dapat mendorong siswa
belajar secara maksimal.
3.
Mengembangkan siswa dalam
berprestasi.
Oleh karena itu, maka sekolah dan guru berkewajiban membuat dan
menyediakan sumber belajar berupa alat yang dikenal dengan media pembelajaran,
terdapat banyak pengertian media pembelajaran dalam berbagai sumber seperti
dibawah ini
Media pembelajaran adalah semua bentuk perantara yang dipakai
orang sebagai penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima
(Hamijaya, 1997:2).
Media pembelajaran adalah segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi dalam belajar
(Association of Education and Communication Technology/ AECT).
Briggs (1970) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Yueh-Min Huang, Yu-Lin Jeng and
Tien-Chi Huang (2009) menyatakan bahwa dalam
hasil penelitiannya yaitu untuk mencari efek pembelajaran sistem blog mobile
dalam model pembelajaran kooperatif sekaligus untuk mengekplorasi perilaku
belajar.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah bentuk komunikasi cetak, elektronik, maupun audio visual
serta peralatannya yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses pembelajaran
terjadi.
B.
Perkembangan Media Pembelajaran
Pada mulanya media pemebelajaran hanya dianggap sebagai alat
bantu mengajar guru (teaching aids).
Alat bantu yang dipakai adalah bantu visual, misalnya gmabar, model, objek dan
alat-alat yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta
mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh
teknologi audio pada sekitar pertangahan abad ke-20, alat visual untuk
mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal
adanya alat audio visual aids (AVA).
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan
pesan ajaran kepada siswa melalui penghilatan dan pendengaran untuk menghindar
verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual
semata. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale
mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke
yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut
pengalaman (cone of experience) dari
Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa
yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. (Lihat Gambar 1)
Gambar 1 kerucut pengalaman E.Dale
(sumber:buku media pendidikan)
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media
juga bantu media juga berfungsi penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak
saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat penyalur pesan
atau media. Teori ini sangat penting dalam penggunaan media untuk kegiatan
program-program pembelajaran.
Baru pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa
sebagai komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Pada saat itu teori
tingkah (behaviorism theory) ajaran
B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran.
Toeri ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses
pembelajaran. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa.
Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri siswa sehingga menjadi adat
kebiasaan. Supaya tingkah laku tersebut menjadi adat kebiasaan, setiap ada
perubahan tingkah laku positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi
penguatan (reinforcement), berupa
pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah betul. Teori ini telah
mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai
hasil proses pembelajaran. Media instruksional yang terkenal yang dihasilkan
teori ini ialah teaching machine dan programme instruction.
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan
pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong
digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Setiap
program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan
perhatian pada siswa. Program pemebalajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan
dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan
dipakai dan cara menggunakannya telah dipertimbangkan dan ditentukan dengan
seksama.
Pada dasarnya para guru dan ahli audio visual menyambut baik
perubahan ini. Guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan
tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, mulai dipakai media.
Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa
berbeda-beda.
Menurut Sumardi
(2011) Siswa
adalah pembelajar yang aktif dan
kreatif, belajar secara kontekstual untuk mengenali jati diri
dan berbuat berdasar
minatnya, berkinerja dan
berinteraksi dengan lingkungan
serta guru harus membuat media yang mempermudah pembelajaran bagi siswa,
yaitu media SMS, dan kesimpulannya adalah (1) media SMS dapat menjadi solusi
dalam mengatasi masalah pembelajaran membaca dan menulis di kelas
rendah; (2) media SMS
membantu guru dalam meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca dan
menulis lebih aktif dan kreatif; dan (3) media SMS dapat mengembangkan siswa
menjadi pembaca dan penulis aktif dan kreatif.
Guru dan media pembelajaran hendaknya bahu-membahu dalam memberi
kemudahan belajar bagi siswa. Perhatian dan bimbingan secara individual dapat
dilaksanakan oleh guru dengan baik semantara informasi dapat pula disajikan
secara jelas, menarik dan teliti oleh media pembelajaran.
Jadi, dari uraian yang ada media pembelajaran memberikan solusi
kepada guru untuk selalu menyajikan materi pembelajaran dengan jelas, menarik
dan teliti, sehingga menimbulkan pengalaman belajar yang bermanfaat bagi siswa.
C.
Proses Pembelajaran sebagai Proses Komunikasi
Proses
pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian
pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada dikurikulum dituangkan oleh guru
atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun non
verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi
disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan (siswa) menafsirkan simbol-simbol
tersebut.
Adakalanya
penafsiran tersebut berhasil, adakalanya tidak. Penafsiran yang gagal atau
kurang berhasil berarti kegagalan dalam memahami apa-apa yang disampaikan,
diamati dan dilihat.
Gambar 2 Proses komunikasi yang gagal
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau pengahalang
proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers atau noises.
Faktor penghambat dari penerimaan pesan adalah minat, sikap,
pendapat, kepercayaan, pengetahuan, kultural dan hambatan fisik (kelelahan,
sakit, cacat tubuh dan keterbatasan indera). Siswa yang senang terhadap mata
pelajaran, topik serta gurunya tentu hasil belajarnya lebih baik dibandingkan
dengan yang siswa benci atau tak menyukai semua.
Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belaajr yang dapat
menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya
belajar, minat intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan
jarak geografis, jarak waktu dapat dibantu dibatasi dengan adanya pemanfaatan
media pembelajaran. Jadi, guru dan media bekerja sama, bahu membahu dalam
menyajikan pesan.
Gambar 3 proses komunikasi yang berhasil (Sumber: buku media
pendidikan)
Terkadang, guru tak banyak berperan karena proses pembelajaran
terjadi dalam jarak jauh, atau guru sedang berhalangan hadir. Pada situasi
seperti ini, buku, modul, media audio, video dan film dapat dijadikan sumber
pesan dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga siswa masih dapat
memperoleh materi sesuai dengan jadwal yang ada. Siswa berinteraksi dengan
media secara tidak langsung lewat media yang ada.
Jadi,
proses pembelajaran sebagai proses komunikasi harus menimbulkan kesamaan
persepsi dari yang disampaikan oleh guru sehingga menimbulkan persepsi yang
sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dan hal tersebut dapat
menimbulkan interaksi yang dihsilkan akan lebih optimal.
D.
Kegunaan Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran
Secara
umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1.
Memperjelas penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis
atau lisan).
2.
Mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
a.
Objek yang terlalu besar,
dapat diganti dengan relita gambar;
b.
Objek yang kecil, dapat
dibantu dengan menggunakan proyektor;
c.
Gerak yang lambat atau
cepat dapat dibantu dengan menggunakan timelapse;
d.
Kejadian masa lampau dapat
dibantu dengan menggunakan rekaman film;
e.
Objek yang terlalu
kompleks (mesin-mesin) dapat dibantu dengan menggunakan model diagram.
f.
Konsep yang terlalu luas
(gunung, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat dibantu dengan menggunakan
gambar.
3.
Penggunaan media
pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak
didik. Dalam media pembelajaran berguna untuk:
a.
Menimbulkan kegairahan
belajar;
b.
Memungkinkan interaksi
yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
c.
Memungkinkan anak didik
belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan minatnya.
4.
Dengan sifat yang unik
dari setiap siswa dan lingkungan yang berbeda sedangkan kurikulum dan materi
pembelajaran ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru mengalami kesulitan
bilamana semuanya harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar
belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi
dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a.
Memberikan perangsang yang
sama;
b.
Mempersamakan pengalaman;
c.
Menimbulkan persepsi yang
sama.
Dapat disimpulkan bahwa, kegunaan media pembelajaran dalam
proses pembelajaran adalah mempermudah siswa untuk memahami materi yang
disampaikan oleh guru, dan dengan adanya bantuan media dalam proses
pembelajaran membuat siswa lebih bersemangat dalam menerima pembelajaran yang
disampaikan, karen tidak monoton.
E.
Jenis dan Karakteristik Media
1.
Taksonomi
Dalam
teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan
komponene dari sistem instruktursional disamping pesan, orang, teknik, latar
dan peralatan. Media adalah perangkat lunak yang (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya
disajikan dengan menggunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat
menampilkan pesan yang terkandung pada media (AECT, 1977). Dengan adanya
berbagai pengaruh ke dalam khasanah pendidikan seperti ilmu cetak-mencetak,
tingkah laku (behaviorisme), komunikasi dan laju perkembangan teknologin
elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan format
(modul cetak, film, televisi, komputer dan sebagainya) masing-masing mempunyai
ciri-ciri dan kemampuannya sendiri. Beberapa contoh usaha ke arah taksonomi
media tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Taksonomi menurut Rudy
Bretz
Bretz
mengidentifikasin ciri utama media menjadi tiga unsur pokok yaitu suara, visual
dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis dan simbol yang
merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera
penglihatan. Bretz juga membedakan 1) media audio visual gerak, 2) media audio
visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual
diam, 6) media semi gerak 7) media audio, 8) media cetak.
2.
Hierarki Media menurut
Duncan
Duncan
menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasarannya di satu
pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran
dan rendahnya biaya di lain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya
dalam satu hierarki. Semakin sulit suatu perangkat media yang dipakai, semakin
mahal biaya investasinya. Duncan, menyusun media berdasarkan tingakt kerumitan
perangkat dan media yang digunakan.
3.
Taksonomi Briggs
Media
dikategorikan menurut stimulus yang dapat ditimbulkan dari media sendir, yaitu
kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tuga pembelajaran,
bahan dan transmisinya. Briggs, mengidentifikasi 13 macam media yang
dipergunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: objek, model, suara langsung,
rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media
transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar.
4.
Taksonomi menurut Gagne
Gagne,
membuat 7 macam pengelompokkan media, yaitu benda untuk dideminstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan
mesin belajar. Ketujuh media ini dikelompokkan dengan kemampuan memenuhi fungsi
menurut tingakatan belajar yaitu pelontar stimulus, penarik minat belajar,
contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir,
memasukkan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.
5.
Taksonomi menurut Edling
Menurut
edling, media adalah sesuatu yang terpusat pada rangsangan belajar saja.
Dari berbagai contoh yang telah dituliskan, bahwa menyusun suatu
taksonomi media adalah berlaku umum, dan menurut Schramm (1977) membedakan
media rumit, media mahal, media sederhana dan media murah. Selain itu,
diperlukan kontrol pemakai, kesiapan dan kesesuaian untuk belajar mandiri, dan
kemampuannya untuk memberikan umpan balik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun suatu pengelompokkan,
bentuk dan tujuannya dapat memperjelas perbedaan dalam fungsi dan kemampuannya.
Hal ini sangat diperlukan dalam menentukan pilihan atas media, agar apa yang
disampaikan oleh media dan guru dapat menimbulkan persepsi yang sama dengan
seluruh siswa yang sedang belajar.
2.
Karakteristik Media
Adapun
karakteristik media yang lazim dipakai menurut sadiman dkk (2009) yaitu:
1.
Media Grafis
Media
grafis merupakan media visual (gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan atau
chart, grafik, kartun, poster, papan flanel, papan buletin).
2.
Media Audio
Media
audio berkaitan dengan indera pendengaran (radio, alat perekam, laboratorium
bahasa).
3.
Media Proyeksi Diam
Contohnya
film bingkai, film rangkai, mikrofis, tv, video, permainan dan simulasi.
Jadi, dari karakteristik media yang ada, diharapkan guru dapat
membuat media-media lain yang sejenis untuk memperkaya khasanah pendidikan,
khususnya mempermudah proses pembelajaran.
F.
Media Naskah Audio
Media
naskah audio adalah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara untuk
menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjdai indah dan menarik
karena program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada pendengarnya. Karena
itu, akan efektif apabila menggunakan bunyi dan suara kita dapat merangsang
pendengar untuk menggunakan daya imajinasinya sehingga ia dapat memvisualkan
pesan-pesan yang ingin kita sampaikan. Media naskah audio meliputi radio,
kaset, Compact Disc (CD) dan laboratorium bahasa. Dan pada penelitian ini
penulis menggunakan CD sebagai naskah audio, dikarenakan media CD murah meriah
dan sesuai dengan keadaan sarana yang ada di sekolah tempat akan diadakannya
penelitian.
A.Penyusunan Rancangan
Dalam membuat perencanaan ada
beberapa pertanyaan yang perlu dijawab, pertama media itu ada kaitannya dengan
proses belajar mengajar tertentu untuk mencapai tujuan tertentu? Untuk siapa
program media itu dibuat? Untuk orang dewasa, anak-anak, atau mahasiswa. Jika
kita sudah menentukan siapa yang akan menggunakan dari program media yang
dibuat, maka betulkah media yang dibuat memang dibutuhkan oleh mereka?
Perubahan tingkah laku apa yang diharapkan akan terjadi setelah menggunakan
media yang dibuat? Materi apa yang perlu disajikan melalui media itu, agar pada
diri siswa terjadi perubahan tingkah laku yang kita harapkan.
Urutan dalam mengembangkan media
dapat di uraikan sebagai berikut:
1.
Menganalisis kebutuhan
siswa;
2.
Merumuskan tujuan
instruksional;
3.
Merumuskan butir-butir
materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan;
4.
Mengembangkan alat pengukur keberhasilan;
5.
Menulis naskah;
6.
Mengadakan tes dan revisi.
B.Analisis Kebutuhan dan karakteristik siswa
Dalam proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pembelajaran
mengasyikan adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan yaitu kesenjangan
antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang guru inginkan dengan
kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.
Apabila guru menginginkan nilai
ulangan yang tuntas, maka kebutuhan pembelajaran itu ialah kemampuan dan
keterampilan siswa dalam menjawab setiap latihan dan soal ulangan dengan
tuntas. Jika membuat program media tertentu tentu saja guru berharap apa yang
dibuat akan digunakan dan bermanfaat oleh siswa.
Sebagai perancang media guru harus
mengetahui pengetahuan dan keterampilan awal siswa. Hati-hati dalam memilih
media, karena media yang terlalu mudah dapat membosankan siswa sehingga media
yang digunakan menjadi tidak bermanfaat.
Sebelum media dibuat, guru harus meniliti dengan baik pengetahuan awal
maupun pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa yang menjadi sasaran media
guru.
C.Perumusan Tujuan
Tujuan dapat memberikan arah
tindakan yang guru lakukan, tujuan juga dapat dijadikan acuan ketika guru
mengukur apakah tindakan guru betul atau salah, ataukah tindakan berhasil atau
gagal.
Dalam proses pembelajaran, tujuan
instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberikan
arah kemana siswa pergi, bagaimana ia harus pergi, dan bagaimana ia tahu bahwa
telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan
perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses
instruksional tertentu.
Untuk dapat merumuskan tujuan
instruksional dengan baik ada beberapa ketentuan yang perlu diingat sebagai
berikut (sadiman 2010:106)
1.
Tujuan instruksional harus
berorientasi kepada siswa bukan guru.
2.
Tujuan harus dinyatakan
dengan kata kerja yang operasional.
F. Hakikat Mata Pelajaran
Ekonomi
Menurut Mata Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Menengah
Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan peraturan menteri no.22 tahun 2006
sebagai berikut:
1. Latar Belakang Mata
Pelajaran Ekonomi
Dalam
rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat di
era global serta perkembangan IPTEK yang telah membawa perubahan pada aspek
kehidupan manusia termasuk aspek ekonomi, maka diperlukan sumber daya manusia
yang berkualitas dalam arti sebagai insan berilmu pengetahuan, berketerampilan,
berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia,
bertanggungjawab dan berupaya mencapai kesejahteraan diri serta memberikan sumbangan terhadap
keharmonisan dan kemakmuran keluarga, masyarakat, dan negara.
Ekonomi
merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui
pilihan-pilihan kegiatan produksi,
konsumsi, dan/atau distribusi.
Luasnya ilmu ekonomi dan terbatasnya waktu yang tersedia membuat standar
kompetensi dan kompetensi dasar ini dibatasi dan difokuskan kepada fenomena
empirik ekonomi yang ada disekitar peserta didik, sehingga peserta didik dapat merekam peristiwa ekonomi
yang terjadi disekitar lingkungannya dan mengambil manfaat untuk kehidupannya
yang lebih baik.
Pembahasan
manajemen difokuskan pada fungsi manajemen badan usaha dalam kaitannya dengan
perekonomian nasional. Pembahasan fungsi
manajemen juga mencakup pengembangan badan usaha termasuk koperasi. Akuntansi
difokuskan pada perilaku akuntansi jasa dan dagang. Peserta didik dituntut
memahami transaksi keuangan perusahaan jasa dan dagang serta mencatatnya dalam
suatu sistem akuntansi untuk disusun dalam laporan keuangan. Pemahaman
pencatatan ini berguna
untuk memahami manajemen keuangan perusahaan jasa dan dagang.
Mata pelajaran Ekonomi diberikan pada tingkat
pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS. Pada tingkat pendidikan
menengah, ekonomi diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.
2. Tujuan Mata Pelajaran
Ekonomi
Mata
pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk
mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari,
terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan
negara;
2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap
sejumlah konsep ekonomi yang
diperlukan untuk mendalami
ilmu ekonomi;
3. Membentuk
sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki
pengetahuan dan
keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang
bermanfaat bagi diri
sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara;
4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab
mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam
skala nasional maupun
Internasional.
3. Ruang lingkup Mata Pelajaran Ekonomi
Mata
pelajaran Ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan
dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga
lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Perekonomian;
2. Ketergantungan;
3. Spesialisasi dan pembagian kerja;
4. Perkoperasian;
5. Kewirausahaan;
6. Akuntansi dan manajemen.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hakikat matapelajaran
ekonomi adalah mata pelajara yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
memenuhi kebutuhannya yang berupa barang atau jasa untuk mencapai kemakmuran.
4. Konsepsi Mata
Pelajaran Ekonomi Topik Manusia dan Kebutuhan
Kebutuhan
merupakan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam rangka menyejahterakan
hidupnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, langkah yang bisa dilakukan
yaitu:
1.Berusaha secara
kelompok atau individu dalam masyarakat.
2.Pemenuhan kebutuhan
tidak dilakukan sekaligus, tetapi mendahulukan mana yang lebih penting.
1.Macam-macam
Kebutuhan Manusia
a.Kebutuhan menurut
intensitas kegunaannya (penting atau tidaknya)
1)Kebutuhan mutlak
yaitu kebutuhan yang mau tidak mau harus dipenuhi oleh setiap manusia dan tidak
mungkin ditinggalkan. Contoh : makan, minum, udara.
2)Kebutuhan primer
yaitu kebutuhan pertama atau utama. Contoh : makanan, minuman, pakaian,
kesehatan, rumah., dan pendidikan.
3)Kebutuhan sekunder
yaitu kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan primer terpenuhi. Contoh : mobil,
TV.
4)Kebutuhan tersier
yaitu kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi.
Contoh : rumah mewah, kapal pesiar.
b.Kebutuhan menurut
waktunya
1)Kebutuhan sekarang
yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi sekarang juga, dan tidak dapat ditunda.
2)Kebutuhan masa yang
akan datang yaitu kebutuhan yang pemenuhannya dilakukan di kemudian hari dan
dapat ditunda karena tidak mendesak.
c.Kebutuhan menurut sifatnya
c.Kebutuhan menurut sifatnya
1)Kebutuhan jasmani
yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani atau fisik, yaitu menjaga
penampilan dan kesehatan.
2)Kebutuhan rohani
yaitu kebutuhan yang bersifat rohani, berhubungan dengan kesehatan jiwa.
d.Kebutuhan menurut
subyeknya
1)Kebutuhan
individual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan perseorangan atau individu.
2)Kebutuhan kolektif. Kebutuhan bersama dalam suatu masyarakat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Contoh : jalan, jembatan, rumah sakit.
2)Kebutuhan kolektif. Kebutuhan bersama dalam suatu masyarakat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Contoh : jalan, jembatan, rumah sakit.
2 Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Kebutuhan
a.Kondisi alam
b.Peradaban
c.Agama dan Kepercayaan
c.Agama dan Kepercayaan
d.Adat istiadat
3.Benda Pemuas
Kebutuhan
Benda
pemuas kebutuhan adalah segala sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan manusia
yang dapat berupa barang dan jasa.
Jenis-jenis benda
pemuas kebutuhan antara lain :
a.Benda pemuas
kebutuhan menurut cara mendapatkannya
1)Benda ekonomi
Benda
ekonomi adalah benda pemuas kebutuhan yang untuk mendapatkannya memerlukan
sejumlah pengorbanan tertentu. Pengorbanan itu biasanya berupa uang.
2)Benda bebas
Benda
bebas adalah benda pemuas kebutuhan yang tersedia dalam jumlah banyak (kalau
tidak dapat dikatakan tidak terbatas) di alam.
b.Benda pemuas
kebutuhan menurut kegunaannya
1)Benda konsumsi
Benda
konsumsi adalah benda yang dapat langsung dipakai untuk memuaskan kebutuhan.
2)Benda produksi
Benda
produksi adalah benda yang digunakan untuk melaksanakan proses produksi, guna
menghasilkan benda lain.
c.Benda pemuas
kebutuhan menurut proses produksinya
1)Barang mentah
(bahan baku)
Bahan
mentah adalah bahan dasar atau bahan pembuat benda pemuas kebutuhan. Bahan
mentah disebut juga dengan bahan baku, yaitu bahan yang sama sekali belum
mengalami proses pengolahan.
2)Barang setengah
jadi
Barang
setengah jadi adalah hasil pengolahan bahan mentah, tapi belum menjadi produk
akhir.
3)Barang jadi
Barang
jadi adalah produk akhir setelah melalui proses pengolahan dari bahan mentah
dan barang setengah jadi.
d.Benda pemuas
kebutuhan menurut hubungannya dengan benda lain
1)Benda komplementer
1)Benda komplementer
Benda
komplementer adalah benda pemuas kebutuhan yang akan bermanfaat atau berguna
jika dipakai bersama-sama dengan benda lainnya, atau dapat juga dikatakan bahwa
benda tersebut akan mempunyai daya guna yang lebih tinggi bila dipakai
bersama-sama dengan benda lainnya.
2)Benda substitusi
Benda
substitusi adalah benda pemuas kebutuhan yang pemakaiannya dapat menggantikan
benda lain atau saling menggantikan.
G.
Motivasi
Proses belajar
mengajar di sekolah bersifat sangat kompleks, karena di dalamnya terdapat aspek
pedagogis, psikologis, dan didaktis. Aspek pedagogis merujuk pada kenyataan
bahwa belajar mengajar di sekolah terutama di sekolah dasar berlangsung dalam
lingkungan pendidikan dimana guru harus mendampingi siswa dalam perkembangannya
menuju kedewasaan, melalui proses belajar mengajar di dalam kelas. Aspek
psikologis merujuk pada kenyataan bahwa siswa yang belajar di sekolah memiliki
kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Selain itu, aspek psikologis
merujuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi,
misainya: ada belajar materi yang mengandung aspek hafalan, ada belajar
keterampilan motorik, ada belajar konsep, ada belajar sikap dan seterusnya.
Adanya kemajemukan ini menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula,
sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis merujuk
pada. pengaturan belajar siswa oleh tenaga. pengajar. Dalam hal inipun, ada.
berbagai prosedur didaktis. Berbagai cara mengelompokkan, dan beraneka macam
media pengajaran. Guru harus menentukan metode yang paling efektif untuk proses
belajar mengajar tertentu sesuai dengan tujuan instruksional. yang harus
dicapai. Demikian pula dengan kondisi internal dan eksternal
belajar yang harus diciptakan oleh pengajar, sangat bervariasi. Kondisi tersebut, disebut dengan
motivasi, adapun pengertian motivasi seperti berikut
Donald (2004) mengemukakan bahwa motivasi merupakan perubahan
tenaga di dalam diri ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan.
Santrock (2008), motivasi adalah proses yang memeberi semangat,
arah, dan kegigihan perilaku.
“Gage
dan Baliner (1992) mengungkapkan bahwa motivasi adalah hal-hal mendorong dan
mengarahkan aktifitas seseorang. Berdasarkan definisi tersebut di atas
bahwasannya ada 3 (tiga) aspek yang termaktub dalam motivasi yaitu: (1) keadaan
terdorong dalam diri organisme (a driving state); (2) perilaku yang timbul dan
terarah; (3) goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut”.
Berdasarkan pengertian motivasi menurut ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu tindakan yang berbentuk dorongan agar
menggapai tujuan yang spesifik sebagai wujud dari kegigihan.
1.
Siklus Motivasi
Pada
umumnya motivasi memiliki sifat siklas (melingkar), yaitu motivasi timbul,
memicu perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan
(goal) tercapai, motivasi itu terhenti. Namun motivasi itu bergerak ketika ada
kebutuhan lagi. Secara sederhana siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut:
|
|||
Siklus tersebut di atas merupakan siklus sederhana, siklus
motivasi yang kompleks lebih dipengaruhi oleh faktor kognitif meliputi
berpikir, ingatan, dan persepsi yang dapat dilihat melalui bagan berikuti ini.
Gambar
4.The motivational cycle with cognitive factors added
(Modified
from Deci, 1975, dalam Morgan, dkk, 1984)
2. Teori-teori Motivasi
Mengenai motivasi ini ada beberapa teori yang memberikan gambaran
tentang seberapa jauh peranan pada stimulus internal dan eksternal. Teori
tersebut meliputi: (1) Teori insting (instinct theory), (2) teori dorongan
(drive theory), (3) teori insentif (incentive theory),(4) teori atribusi
(attribute theory), dan (5) teori kognitif (cognitive theory). Teori insting
menyebutkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh insting. Insting sendiri diartikan
sebagai perilaku innate, perilaku
bawaan dan akan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman. Teori dorongan
bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan
atau drive tertentu. Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan
organisme yang mendorong organisme berperilaku. Teori atribusi menjelaskan
tentang sebab-sebab perilaku orang dari disposisi internal ataupun keadaan
eksternal. Terakhir, teori kognitif
menyebutkan bahwa organisme berperilaku sesuai dengan pilihannya yang
tentunya memberikan manfaat baginya. Kemampuan memilih ini berarti faktor berpikir
berperan dalam menentukan pilihannya.
3. Jenis-jenis
motivasi
Menurut Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif–motif (daya penggerak) yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di
dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu
bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi.
4. Motivasi Berprestasi
Dorongan
yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu
kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi. Menurut Mc Clelland dalam Amirullah (2002:154-155)
mengemukakan tiga kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan
afiliasi (need for affiliation), dan
kebutuhan akan kekuasaan (need for power).
Orang dengan kebutuhan yang tinggi cenderung suka bertanggung jawab untuk
memecahkan berbagai macam persoalan, mereka cenderung menetapkan sasaran yang
cukup sulit untuk mereka sendiri dan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan
untuk mencapai sasaran tersebut. Lebih lanjut Mc Clelland dalam Handoko (1983:256) mengemukakan bahwa orang-orang yang
berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat
dikembangkan, yaitu :
1. Menyukai pengambilan resiko yang layak (moderat) sebagai
fungsi keterampilan, bukan kesempatan ; menyukai suatu tantangan ; dan
menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.
2. Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan
prestasi yang layak dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan.
3. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa
yang telah dikerjakannya.
4. Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan
mempunyai kemampuan-kemampuan organisasional.
Menurut Maslow dalam Darsono (2000:101-102) mengemukakan bahwa
manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :
1) Kebutuhan jasmaniah, seperti : makan, minum, istirahat,
seksual dan sebagainya.
2) Kebutuhan keamanan (rasa aman), seperti : ingin sehat, ingin
terhindar dari bahaya, ingin menghilangkan kecemasan dan lain-lain.
3) Kebutuhan untuk memiliki dan dicintai, seperti : ingin
berteman, ingin berkeluarga, ingin masuk dalam suatu kelompok dan lain – lain.
4) Kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri), seperti : ingin
dihargai, dipercaya, dihormati oleh orang lain dan lain-lain.
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri, seperti : keinginan untuk
mengembangkan potensi diri, bakat dan keterampilan, keinginan berprestasi,
keinginan mencapai cita-cita dan sebagainya.
6) Kebutuhan untuk tahu dan mengerti, seperti : mencari ilmu
atau menempuh pendidikan setinggi-tingginya yang
didorong rasa ingin tahu.
7) Kebutuhan estetis, yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan rasa
seni dan keindahan.
Sedang menurut Morgan dalam Sardiman (2005:78-80)
mengemukakan bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas
2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
3) Kebutuhan untuk mencapai hasil atau cita-cita
4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
manusia mempunyai keinginan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan itu berasal dari diri sendiri yang menuntut untuk dipenuhi. Keinginan seseorang untuk dapat memenuhi semua
kebutuhannya tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas
tertentu yang mengarah pada pencapaian pemenuhan kebutuhan. Hal ini dapat
menimbulkan motivasi pada diri seseorang guna membekali diri dengan hal hal
yang diperlukan dalam mencapai tujuannya tersebut.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa yaitu:
1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu
sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
manusia itu sendiri yang terdiri dari :
a) Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat,
tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.
b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak
sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain. (Muhidin Syah,
1995:108-115)
Sumanto (1990:108-115) menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar anak menjadi tiga macam,
yaitu:
1) Faktor-faktor stimulasi belajar
Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar
individu itu untuk mengadakan reaksi atau
perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini mencakup materiil serta
suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.
2) Faktor metode belajar
Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa.
Metode yang menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan
mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang
diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada
motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan
kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih
banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada
disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain
halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi
ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini
tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau
melakukan belajar.
Ada beberapa strategi dan metode yang bisa digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya
terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus
yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.
2) Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi.
Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di
samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar
siswa yang berprestasi.
3) Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4) Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk
diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5) Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan
agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal
ke peserta didik.
- Membentuk kebiasaan belajar yang baik
- Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
- Menggunakan metode yang bervariasi, dan
- Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-didiknya. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
H. Belajar
1. Hakikat Belajar
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan yang berlangsung di
sekolah, yang paling utama adalah kegiatan belajar, ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Menurut Yasa
(2008) mengemukakan bahwa belajar adalah integrasi dari pengalaman masa lalu
dengan keadaan seseorang pada waktu sekarang untuk kemudian diaplikasikan di
masa datang.
Sedangkan
pendapat slameto (2010:2) menjelaskan bahwa belajar adalah proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dari
beberapa pandapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu perubahan atau transformasi yang terjadi dalam proses mental yang
diperoleh melalui praktik atau latihan yang dapat menunjang perubahan tingkah
laku sehingga terjadi perubahan atau peningkatan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Proses
dari belajar, sangat erat kaitannya dengan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan
untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima pembelajaran. Oleh karena itu,
hasil dari evaluasi tersebut dikenal dengan sebutan hasil belajar, yang
menggabarkan kemampuan anak selama belajar. Biasanya hasil belajar akan terlihat
signifikan setelah rapor dibagikan. Adapun pengertian hasil belajar yaitu
sebagai berikut:
Menurut
Zuriyani, dkk (2011:45) mengatakan bahwa hasil belajar siswa dalam KTSP
berdasarkan ketuntasan mempelajari setiap kompetensi dasar yang pada akhirnya
untuk menyatakan tuntas tidaknya proses pembelajaran. Siswa dikatakan berhasil
apabila telah mencapai ketuntasan belajar yaitu nilai ulangan siswa sama atau
diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga hasil belajar (rapor) siswa
dinyatakan dalam bentuk angka dan ada informasi yang menyatakan tuntas tidaknya
pelajaran.
Hasil
belajar siswa sangat bergantung pada proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru. Banyak unsur yang mempengaruhi proses pembelajaran salah satu unsurnya
adalah aktivitas siswa. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang
terjadi selama proses belajar mengajar (Yasa, 2008).
Trinandita
dalam yasa (2008) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam
proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa
ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan membuat suasana kelas menjadi
kondusif, masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
Aktivitas yang timbul dari siswa akan membentuk pengetahuan dan keterampilan
yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.
Dari
penjelasan yang ada, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah ketuntasan
siswa dalam mempelajari setiap kompetensi dasar, untuk menyatakan tuntas
tidaknya proses pembelajaran, serta hasil dari keaktifan siswa selama proses
pembelajaran.
2. Hakikat Pembelajaran
Menurut Sadiman (2008:6) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
upaya untuk membelajarkan siswa.
Sedangkan slameto (2010:28) mengatakan bahwa pembelajaran
adalah tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar.
Dimyati
dan Mudjiono (1999) mengartikan pembelajaran sebagai kegiatan yang ditujukan
untuk membelajarkan siswa.
Jadi, dapat
disimpulkan pembelajaran adalah
upaya guru untuk mengubah tingkah laku siswa melalui proses belajar. Hal ini disebabkan karena pembelajaran adalah upaya
guru untuk supaya siswa mau belajar. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah
laku siswa. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan upaya guru
untuk menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai
dengan tujuan. Dalam pembelajaran perlu adanya
komponen-komponen pendukung dengan tujuan supaya proses pembelajaran berjalan
dengan baik.
I. Pengembangan Media Naskah Audio Dalam Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas
1.Perencanaan
Dimulai dari mengidentifikasi tujuan, kebutuhan belajar,
analisis karakter siswa yang akan menjadi sasaran media yang dikembangkan,
menilai karakteristik siswa, dan apakah siswa siap menggunakan media yang akan
dikembangkan.
2. Menyiapkan Materi Pembuka
Langkah menyusun
materi pembuka untuk media naskah audio. Materi pengantar manusia dan
kebutuhan, serta menjelaskan media apa yang akan digunakan.
3. Mendesain Naskah Audio
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R&D)
dengan model pengembangan preskriptif Menganalisis materi yang akan dimasukkan
dalam media naskah audio, secara terstruktur, ditulis dahulu dengan manual,
kemudian menyiapkan musik yang akan dimasukkan ke dalam media naskah audio dan
memulai memasukkan materi yang ada, kedalam CD dengan cara merekam suara
pengisi materi. Ketika media akan digunakan pada saat pembelajaran, maka tugas
guru memberikan deskripsi kepada siswa mengenai media yang akan digunakan dan
mejelaskan tujuan penggunaan media tersebut.
4. Validasi
Desain
media yang telah dibuat dibutuhkan validasi, menurut Sugyono (2011:414) validasi
desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk akan
lebih efektif dibandingkan dengan produk yang lama.Validasi produk dapat
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah
berpengalaman untuk menilai produk tersebut. Kemudian uji one to one, uji small group
dan di akhiri dengan field test
Sehingga diketahui kelemahan dan kelebihannya.
5. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori mengenai media naskah audio dan
pengamatan di lapangan, diajukan hipotesis berupa pengembangan media naskah
audio topik manusia dan kebutuhan pada matapelajaran ekonomi SMA dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
III. Prosedur Penelitian
A.
Langkah-langkah Penelitian
Adapun
langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan
deskriptif kualitatif.
2. Tahap pengembangan media naskah audio dengan menerapkan
pendekatan deskriptif, dilanjutkan dengan penerapan ujicoba terbatas desain
media dengan menerapkan metode eksperimen (single
one shot case study). Setelah ada perbaikan dari uji terbatas, maka
dilanjutkan dengan uji yang lebih luas dengan metode eksperimen (one group pretest-postest).
3. Tahap validasi media dengan metode eksperimen (one group pretest-postest with control group
design).
Tahapan penelitian yang telah dilakukan dapat digambarkan
seperti gambar berikut.
Gambar 5 Tahap kegiatan Penelitian dan Pengembangan Media naskah
audio SMA
B. Metode Penelitian
Tahap I
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R&D)
dengan model pengembangan preskriptif. Model pengembangan media naskah audio
dengan menggunakan CD pada mata
pelajaran ekonomi dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan
preskriptif. Hasil pembelajaran yang diamati dalam pengembangan
model preskriptif adalah hasil pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan
lebih dulu. Seperti ditunjukkan pada gambar 4 berikut.
Gambar 6. Model pengembangan preskriptif pada media naskah audio
1.
Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.
Subjek penelitian menurut sugyono (2011:428) dibagi menjadi populasi dan
sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas x semester
ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di SMA N 3 Palembang dan SMA N 1 PemSel yang
mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan mata pelajaran ekonomi, terdiri
dari 4 kelas, alasan memilih kelas X sebagai populasi karena materi yang akan
digunakan dalam naskah audio sangat sesuai dengan materi kelas X, yaitu berupa
teori dan non matematik. Adapun rinciannya yaitu:
Tabel 1. Populasi
Penelitian
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
X.1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9,10 SMA N 3 Palembang
|
210
|
X.1, 2, 3, 4 SMA N 1 PemSel
|
120
|
Jumlah
|
330
|
Sumber: Dokumentasi SMAN 3 Palembang dan SMA N 1 PemSel
Adapun sampel pada penelitian ini
diambil dengan teknik simple random sampling, menurut Sugyono (2011:120) pengambilan
sampel dengan teknik ini karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Sampel Penelitian
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
X.1
|
40
|
X.2
|
40
|
X.1
|
30
|
X.2
|
30
|
Jumlah
|
140
|
Sumber: Dokumentasi SMAN 3 Palembang
dan SMA N 1 PemSel
Dari data sampel penelitian, digunakan juga untuk uji one to one
sebanyak 30 siswa, small group 30 siswa dan field test untuk kelas perlakuan
dan kelas tanpa perlakuan di SMA 3
Palembang dan SMA 1 PemSel.
2.
Teknik Pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi
(observasi), tes dan angket. Untuk
mendapat data Validitas, digunakan angket yang di berikan ke ahli Media Naskah
audio (compact disc), kemudian untuk
data praktikalitas dan data potensial, penulis menggunakan dokumentasi, tes dan
angket. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode:
1.
Tes Hasil Belajar
Menurut Djaali dalam Muljono (2004), tes diartikan sebagai alat
yang digunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap
seperangkat konten atau materi tetentu. Dalam penelitian ini, tes hasil belajar
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan
menggunakan naskah audio yang diperoleh dari nilai rata-rata 2 kali ulangan
pada materi manusia dan kebutuhan, kemudian nilai hasil belajar siswa yang
tampak dari soal latihan atau tes yang diberikan oleh guru sesuai dengan teori
behavioristik yang merupakan tahap pengukuran.
2.
Data Angket
Data angket digunakan untuk melihat
motivasi siswa SMA setelah menggunakan media naskah audio dalam proses
pembelajaran. Angket juga digunakan untuk melihat hambatan dalam hasil belajar
siswa SMA.
Angket disebarkan pada siswa responden
secara langsung untuk mendapatkan data, data motivasi didapat dari angket skala
Likert yang berisi 20 pertanyaan yang berupa pertanyaan dengan pemberian skor
terhadap jawaban. Setiap jawaban dari angket akan diberi skor yaitu: jika
memilih Alternatif jawaban a= tidak
benar, diberi nilai 1 Alternatif jawaban b= kurang benar, diberi nilai 2,
Alternatif jawaban c= cukup benar, diberi nilai 3, Alternatif jawaban d= benar,
diberi nilai 4, Alternatif jawaban e= sangat benar, diberi niali 5.
3.
Observasi
Penelitian ini menggunakan dokumentasi
untuk memperoleh data atau informasi motivasi siswa yang menjadi sampel diambil
pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 SMA.
Sebagai
data pendukung dikumpulkan data yang berhubungan dengan keaktifan siswa selama
proses pembelajaran yang didapat melalui observasi. Data observasi dari hasil
pengamatan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran ekonomi untuk
SMA yang menggunakan media naskah audio.
3.
Instrumen Penelitian
1.
Instrumen untuk Mengukur Hasil Belajar
A.
Penguasaan Bahan Ajar, dengan Indikator
Adapun yang termasuk dalam penguasaan
bahan ajar dengan indikator yaitu:
1.
Membuat satuan pelajaran
(SP) untuk setiap pokok bahasan;
2.
Membuat RPP setiap
pertemuan;
3.
Menyusun Silabus mata
pelajaran;
4.
Merumuskan tujuan dengan
jelas;
5.
Membuat hand out (bahan
penyerta pelajaran);
6.
Memulai pelajaran dengan
menjajaki kemampuan siswa terlebih dahulu;
7.
Memulai pelajaran dengan
situasi sehari-hari;
8.
Mengintergrasikan life
skill dalam pembelajaran;
9.
Menyampaikan materi
pelajaran secara menarik dan mudah dipahami;
10. Menjawab pertanyaan siswa secara menarik dan mudah dipahami;
11. Menanggapi komentar siswa dengan baik dan memberi penjelasan
yang relevan;
12. Menggunakan sumber buku acuan untuk keperluan pembelajaran;
13. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sendiri.
B.
Penguasaan Evaluasi Pembelajaran
Adapun indikator yang termasuk dalam
penguasaan evaluasi pembelajaran yaitu:
1.
Melaksanakan evaluasi
secara berkesinambungan;
2.
Melakukan evalusi belajar
secara komprehensif, meliputi evaluasi konteks, input, proses dan produk;
3.
Memilih jenis test yang
sesuai dengan materi pembelajaran;
4.
Menentukan nilai akhir
secara obyektif dan adil;
5.
Membahas hasil pekerjaan
siswa di depan kelas.
2.
Instrumen Angket (untuk Mengukur Motivasi)
Instrumen Angket untuk mengukur
motivasi terdiri dari 20 pertanyaan, situasi Kebutuhan Dasar (rasa aman, cinta
dan penghargaan) 5 butir pertanyaan, kebutuhan fisik dan psikologi 3 butir
pertanyaan dan kebutuhan tumbuh (mengetahui, memahami, menghargai, menumbuh,
mengembangkan penghargaan dari orang lain) 13 butir pertanyaan. digunakan
angket tertutup yang dianalisis menggunakan skala likert,
pertnyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif
dinilai responden dengan jika memilih
Alternatif jawaban a= tidak benar, diberi nilai 1 Alternatif jawaban b=
kurang benar, diberi nilai 2, Alternatif jawaban c= cukup benar, diberi nilai
3, Alternatif jawaban d= benar, diberi nilai 4, Alternatif jawaban e= sangat
benar, diberi niali 5 dan pernyataan negatif . Dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 3. Penggolongan Pernyataan dalam Angket Motivasi
Berdasarkan Kriteria dan Kondisi
NO
|
VARIABEL
PENELITIAN MOTIVASI SISWA
(KONDISI)
|
ANGKET MOTIVASI
(NO ITEM INSTRUMEN ATAU BUTIR SOAL)
|
1
|
Kebutuhan Dasar (rasa aman, cinta
dan penghargaan)
|
5,6,7,14,16
|
2
|
Kebutuhan fisik dan psikologi
|
15,18,19
|
3
|
Kebutuhan tumbuh (mengertahui,
memahami, menghargai, menumbuh, mengembangkan penghargaan dari orang lain)
|
1,2,3,4,6,8,9,10,11,12,13,17,20
|
Instrumen tentang motivasi dikembang
dari kriteria dan kondisi yang biasanya yang menimbulkan motivasi pada manusia.
Oleh karena itu, motivasi yang baik, tergantung dari kriteria dan kondisi
seseorang untuk mencapai sesuatu.
Menilai motivasi akan lebih obyektif
bila sumber datanya menggunakan berbagai kelompok yang terlibat dengan siswa.
Maka, akan obyektif bila sumber datanya adalah siswa yang akan dilihat
motivasinya.
3.
Instrumen Observasi
Instrumen observasi digunakan untuk
melihat keaktifan siswa yang dianalisis dengan memberikan skor pada setiap
deskriptor yang terlihat pada siswa. Adapun deskriptor yang dianalisis yaitu:
- Proses pembelajaran
a. Mendengarkan penjelasan Guru
b. Mencatat hal-hal yang berhubungan dengan materi
c. Mengemukakan pendapat dalam diskusi
d. Aktif bertanya
e. Menjawab pertanyaan guru
- Mengerjakan tugas-tugas:
a. Tepat waktu
b.
Mengumpulkan tugas pada
jam pelajaran berikutnya
4.
Analisis Data
1.
Analisis Data Hasil Belajar
Data
hasil belajar yang diperoleh dari hasil nilai ulangan harian dan mid semester,
kemudian diolah untuk menghasilkan nilai akhir yang kemudian dianalisis untuk
mengetahui kategori hasil belajar siswa. Nilai akhir tersebut diperoleh dengan
jalan menjumlahkan nilai ulangan harian (UH) dan nilai ujian tengah semester
(UTS) lalu di rata-ratakan yang masing-masing diberi bobot 25 dan 75 lalu
dibagi 100. Jika dituangkan dalam bentuk rumus yaitu sebagai berikut:
|
Keterangan :
NA : Nilai
Akhir
UH :
Ulangan Harian
UTS : Ujian
Tengah Semester
(Sudjiono,
2005 )
Data Hasil
belajar yang diperoleh dari hasil peneliltian ini kemudian dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Skor hasil tes siswa akan dikelompokkan dalam kategori
sebagai berikut:
Tabel 4. Kategori Hasil Belajar
Skor
|
Kategori
|
80-100
|
Sangat Baik
|
66-79
|
Baik
|
56-65
|
Cukup
|
40-55
|
Kurang
|
0-39
|
Gagal
|
(Nasoetion, 2007)
Tabel 5. Nilai hasil
belajar siswa
No
Urut
|
Nilai
Hasil Belajar Siswa dari Tes
|
||
I
|
II
|
Rerata
|
|
1
2
.
.
30
|
|
|
|
Keterangan:
nilai dikumpulkan untuk masing-masing kelas dengan pembelajaran menggunakan
media naskah audio.
2.Analisis Data
Angket
Untuk
mengukur motivasi siswa terhadap media naskah audio digunakan angket tertutup
yang dianalisis menggunakan skala likert, pertnyataan-pernyataan yang diajukan
baik pernyataan positif maupun negatif dinilai responden dengan jika
memilih Alternatif jawaban a= tidak
benar, diberi nilai 1 Alternatif jawaban b= kurang benar, diberi nilai 2,
Alternatif jawaban c= cukup benar, diberi nilai 3, Alternatif jawaban d= benar,
diberi nilai 4, Alternatif jawaban e= sangat benar, diberi niali 5 dan
pernyataan negatif adalah kebalikannya seperti tampak pada tabel berikut ini.
Tabel 6. Kategori Motivasi
No
|
Kategori Motivasi
|
Jumlah Siswa
|
Interval Nilai
|
Kategori Motivasi
|
1
|
Sangat tinggi
|
a
|
86-100
|
5
|
2
|
Tinggi
|
b
|
71-86
|
4
|
3
|
Cukup Tinggi
|
c
|
56-70
|
3
|
4
|
Kurang Tinggi
|
d
|
41-55
|
2
|
5
|
Tidak Tinggi
|
e
|
≤ 40
|
1
|
Angket tingkat
motivasi siswa terhadap media naskah audio diberikan pada akhir proses
pembelajaran dengan 20 pernyataan untuk tingkat motivasi siswa, dengan
penilaian skala tingkat motivasi siswa sebagai berikut:
Skor minimum : 1 x 20 aspek
yang dinilai = 20
Skor maksimum : 5
x 20 aspek yang dinilai = 100
Kategori nilai :
5
100-20
Rentangan
nilai : = 16
5
Tabel 7. Penentuan
kriteria
No
|
Kategori Motivasi
|
Jumlah Siswa
|
Interval Nilai
|
Kategori Motivasi
|
1
|
Sangat tinggi
|
a
|
86-100
|
5
|
2
|
Tinggi
|
b
|
71-86
|
4
|
3
|
Cukup Tinggi
|
c
|
56-70
|
3
|
4
|
Kurang Tinggi
|
d
|
41-55
|
2
|
5
|
Tidak Tinggi
|
e
|
≤ 40
|
1
|
Setiap jawaban dari angket akan diberi
skor yaitu: jika memilih
Alternatif jawaban a= tidak benar,
diberi nilai 1
Alternatif jawaban b= kurang benar,
diberi nilai 2
Alternatif jawaban c= cukup benar,
diberi nilai 3
Alternatif jawaban d= benar, diberi
nilai 4
Alternatif jawaban e= sangat benar,
diberi niali 5
Selanjutnya angket diuji coba terlebih
dahulu sebanyak 2 kali, sehingga didapat data yang shahih dan dapat diandalkan
(Lampiran 1).
Tabel 8.
Nilai Motivasi masing-masing siswa dari kuesioner
Nomor Urut Siswa
|
Nilai Motivasi
|
|
Kelas dengan Naskah
Audio
|
Kelas tanpa Naskah Audio
|
|
1
2
.
.
.
.
33
|
a1
a2
.
.
.
.
a33
|
b1
b2
.
.
.
.
b33
|
Jumlah
|
∑a
|
∑b
|
Rerata
|
ā
|
ƃ
|
Keterangan: nilai diatas diperoleh dari total nilai kuesioner
masing-masing siswa.
3.Analisis Data Observasi
Data observasi
keaktifan siswa dianalisis dengan memberikan skor pada setiap deskriptor yang
terlihat pada siswa. Adapun format lembar observasi adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Lembar Observasi keaktifan siswa yang menggunakan atau
tanpa menggunakan Naskah Audio
Parameter Keaktifan
Siswa
|
Prosentase
|
Rerata
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
1.
Proses pembelajaran
a.
Mendengarkan penjelasan Guru
b.
Mencatat hal-hal yang berhubungan dengan materi
c.
Mengemukakan pendapat dalam diskusi
d.
Aktif bertanya
e.
Menjawab pertanyaan guru
2.
Mengerjakan tugas-tugas:
a.
Tepat waktu
b.
Mengumpulkan tugas pada jam pelajaran berikutnya
3.
Proses pembelajaran
a. Mendengarkan
penjelasan
Guru
b. Mencatat
hal-hal yang berhubungan dengan materi
c. Mengemukakan
pendapat dalam diskusi
d. Aktif
bertanya
e. Menjawab
pertanyaan guru
4.
Mengerjakan tugas-tugas:
a.
Tepat waktu
b.
Mengumpulkan tugas pada jam pelajaran berikutnya
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Observasi dilakukan 6 kali
|
Dari
hasil pengamatan tersebut dapat dilihat prosentase keaktifan siswa dari kelas
yang menggunakan naskah audio dan kelas yang tidak menggunakan naskah audio.
Skor hasil prosentase keaktifan siswa akan dikelompokkan dalam kategori sebagai
berikut.
Tabel 10. Kategori Tingkat Keaktifan siswa
No
|
Kategori Motivasi
|
Jumlah Siswa
|
Interval Nilai
|
Kategori Motivasi
|
1
|
Sangat tinggi
|
a
|
86-100
|
5
|
2
|
Tinggi
|
b
|
71-86
|
4
|
3
|
Cukup Tinggi
|
c
|
56-70
|
3
|
4
|
Kurang Tinggi
|
d
|
41-55
|
2
|
5
|
Tidak Tinggi
|
e
|
≤ 40
|
1
|
(
Nasoetion, 2007)
5.
Perencanaan Desain Produk
Gambar 7.
Perencanaan Penelitian
Rancangan penelitian dapat diuraikan
pada tahap prosedur dibawah ini:
1.
Studi pendahuluan
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kondisi yang ada
dilapangan, pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Melakukan wawancara dengan
guru di sekolah yang akan dijadikan tempat uji coba produk.;
b.
Menganalisis silabus
matapelajaran, untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan sesuai dengan
kompetensi yang diaharapkan;
c.
Mempelajari karakteristik
siswa.
2.
Tahap studi pengembangan
Pada tahap ini dilakukan perancangan naskah audio. Pembuatan ini
dilakukan dua tahap yaitu:
a.
Tahap validasi : digunakan untuk menentukan
apakah naskah audio yang telah dirancang sesuai dengan silabus pembelajaran,
lalu dikonsultasikan dengan pakar.
b.
Tahap praktikalitas : digunakan untuk uji coba terbatas
di satu kelas untuk melihat praktikalitas naskah audio yang sudah dirancang.
3.
Tahap evaluasi
Pada tahap ini, di fokuskan pada evaluasi apakah naskah audio
sesuai dengan harapan dan efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa.
Langkah-langkah dalam
penelitian tersebut disajikan dalam bentuk flowchart berikut ini:
YA
TIDAK
|
TIDAK
|
TIDAK
YA
6.
Jadwal Kerja
NO
|
Jenis
Kegiatan
|
Bulan Ke
|
||
|
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Tahap persiapan:
a. Melakukan
wawancara dengan guru di sekolah yang akan dijadikan tempat uji coba produk.;
b. Menganalisis
silabus matapelajaran, untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan sesuai
dengan kompetensi yang diaharapkan;
c.
Mempelajari karakteristik siswa.
|
|
|
|
2
|
Tahap pengembangan:
a. Tahap
validasi : digunakan
untuk menentukan apakah naskah audio yang telah dirancang sesuai dengan
silabus pembelajaran, lalu dikonsultasikan dengan pakar.
b.
Tahap praktikalitas : digunakan untuk uji coba
terbatas di satu kelas untuk melihat praktikalitas naskah audio yang sudah
dirancang.
|
|
|
|
3
|
Tahap evaluasi:
Pada tahap ini, di fokuskan pada evaluasi apakah naskah audio
sesuai dengan harapan dan efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa.
|
|
|
|
7.
Validasi Desain
A.
Pengujian Naskah Audio
1.
Pengujian One to One
Pengujian dilakukan pada satu SMA dengan tiga kali pengujian uji
coba 1, uji coba 2, uji coba 3. Model eksperimen ini One Group Pretest-Postest Design. Model eksperimen ini digambarkan
seperti gambar berikut.
|
O2 : nilai postest
Bagaimana terhadap motivasi dan hasil belajar.
Gambar 8. Model eksperimen One Group Pretest-Postest Design
2.
Pengujian Small Group dan Field Test
Pengujian naskah audio yang lebih luas pada SMA 3 Palembang, SMA
N 1 PemSel. Dengan design Model eksperimen ini One Group Pretest-Postest Design. Model eksperimen ini digambarkan
seperti gambar berikut.
|
O2 : nilai postest
|
dan hasil belajar.
SMA 1 PemSel
Gambar 9.
Uji coba dengan Model eksperimen ini One
Group Pretest-Postest Design
5.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan
dari penelitian ini yaitu:
1. Karakteristik
penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi SMA yang dikembangkan
valid dan praktis.
2. Dampak penggunaan
media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi SMA terhadap motivasi belajar siswa
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Dampak penggunaan
media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi SMA terhadap hasil belajar siswa
yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Huang, yuehmin. 2009.
“Mobile Learning”.
http//www.educationaltechnology.journal. Diakses tanggal
20 November 2011.
Sadima.
2007. Media Pembelajaran. Jakarta:Widya Utama
Sugyono.
2011. Metodologi Penelitian. Jakarta:
Syukur.
2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Yasa.
2008. Belajar. Jakarta: Ganesha.
Zuriyan, dkk. 2011.
“Pengembangan Media CD ”. Jurnal Inovasi pendidikan vol.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar