Assalammualaikum...

Ketika butuh sebuah bahan referensi, semoga Blog ini bermanfaat.. Wassalammualaikum

Sabtu, 07 Januari 2012

R & D


I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat serta memberikan dampak positif bagi pendidikan. Dengan adanya dampak positif bagi pendidikan, maka manusia dengan segala persoalan dan kegiatannya secara dinamis dituntut untuk mampu beradaptasi dan menyelesaikan masalah yang sudah dihadapi saat ini.
Didalam kesadaran yang ada pada diri manusia maka manusia kiranya mampu menyelesaikan masalah yang ada, dan menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan kecerdasan, kreativitas dan kearifan agar dalam menyelesaikan masalah tidak menimbulkan masalah yang lebih sulit lagi.
Pendidikan sebagai faktor kunci dalam pembangunan bangsa dan negara. Banyak penelitian menunjukkan tentang adanya korelasi positif antara mutu hasil pendidikan dengan perkembangan ekonomi (sadima, 2007). Hal ini berarti bahwa peningkatan mutu pendidikan adalah tantangan paling penting di dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional.


            Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentu tidak terlepas dari dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu wadah untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan mandiri, dan pendidikan harus memiliki kualitas yang baik. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional ditetapkan ketentuan sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 bahwa:
        “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
            Dari rumusan yang diuraikan, dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) perlunya perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan termotivasi dan belajar, agar hasil belajarnya meningkat. Semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, dan semakin mantap pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
            Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami. Pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa pada saat ini, dapat dilakukan dengan cara penggunaan teknologi, atau yang dikenal dengan nama teknologi pembelajaran.
            Teknologi pembelajaran dalam arti sempit bisa merupakan media pembelajaran. Dalam arti luas media pembelajaran adalah hasil teknologi yang digunakan sebagai alat pembelajaran agar berhasil guna, efisien, dan efektif (Syukur, 2008). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi untuk meningkatkan hasil pembelajaran secara efisien dan efektif serta dapat meningkatkan pemahaman bagi siswa, yang ada pada gilirannya dapat meningkatkan mutu hasil belajarnya.
            Berdasarkan hasil pengamatan di SMA Negeri 1 Pemulutan Selatan (PemSel) serta membandingkan dengan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan dengan guru Ekonomi di SMA Negeri 3 Palembang, diperoleh informasi bahwa permasalahan yang selama ini terjadi adalah keluhan mengenai kurangnya media yang sederhana dan inovatif didalam penyampaian materi pelajaran ekonomi, yang mengakibatkan menurunnya motivasi dan hasil belajar siswa.
            Dari uraian masalah yang ada, menunjukkan perlunya terobosan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menunjang proses pembelajaran. Dengan demikian pendayagunaan media pembelajaran untuk pelaksanaan pendidikan menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu hasil belajar. Salah satu media yang cukup efektif dan efisien adalah naskah audio pembelajaran (sadiman, 2009).
            Sehubungan dengan hal tersebut, maka diharapkan proses pembelajaran yang diberikan dapat lebih memberikan pengalaman yang berarti bagi siswa, sehingga perubahan perilaku dalam kawasan kognitif, afektif, ataupun psikomotorik yang dirumuskan pembelajaran dapat dicapai secara optimal (winkle, 1987).
            Salah satu mata pelajaran yang mengalami inovasi adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), IPS berkaitan dengan cara mencari tahu apa yang terjadi pada kehidupan sosial atau sehari-hari, sehingga IPS adalah ilmu pengetahuan yang berupa konsep kehidupan sehari-hari.
            IPS diperlukan dalam kehidupan untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Penerapan IPS perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga hubungan sosial manusia. Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), diharapkan adanya pembelajaran sosial, teknologi dan masyarakat secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat mutu karya melalui penerapan IPS dan kompetensi Kerja Ilmiah secara bijaksana (Depdiknas 2006).
Tuntutan kurikulum seperti diatas harus dapat dilaksanakan dalam pembelajaran IPS, sehingga perlu diterapkan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, agar belajar tidak membosankan sehingga mampu menghasilkan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan.
Dari latar belakang yang telah diuraikan, dapat dilihat kondisi siswa kelas X di SMAN 3 Palembang dan SMAN 1 PemSel relatif heterogen. Jika dilihat dari segi sarana yang dimiliki, SMAN 3 Palembang mempunyai fasilitas belajar yang lengkap, akan tetapi guru di sekolah tersebut belum menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan materi, sehingga proses pembelajaran yang dilakukan masih sangat konvensional, jika dibandingkan dengan SMAN 1 PemSel fasilitas di sekolah ini, masih sangat minim. Oleh karena itu, penulis akan membuat media pembelajaran yang sederhana, yang dapat digunakan di kedua sekolah tersebut. Berdasarkan segi buku wajib yang harus dimiliki siswa di SMAN 1 PemSel, tidak ada satu pun siswa yang memilikinya, hal ini dikarenakan adanya buku pinjaman dari sekolah. Berbeda dengan SMAN 3 Palembang, siswa diwajibkan memiliki buku pegangan.
Hal tersebut, mengakibatkan kemampuan siswa di SMAN 1 PemSel dalam menjawab pertanyaan dari 33 siswa lainnya hanya 20 siswa saja yang mampu, dan untuk mengungkapkan dengan lisan sangat rendah, yaitu mencapai 13 orang. Sedangkan yang terjadi di SMAN 3 Palembang adalah rendahnya motivasi siswa dalam belajar, dikarenakan penyampaian materi yang kurang menarik. Rendahnya motivasi siswa, berdampak pada menurunnya hasil belajar siswa.
Dari hasil analisis materi pelajaran, rendahnya hasil belajar sisiwa menunjukkan bahwa nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran ekonomi Standar Kompetensi (SK) 1.Manusia dan Ekonomi, Kompetensi Dasar (KD) 1.2 mendeskripsikan macam-macam kebutuhan manusia, memiliki nilai yang rendah jika dibandingkan dengan pokok bahasan dari KD lainnya. Rendahnya hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dapat mengakibatkan proses belajar menjadi kurang optimal sehingga materi yang disajikan menjadi tidak tuntas. Oleh karena itu, sebagai seorang profesional maka wajib bagi guru untuk membuat kondisi belajar mejadi optimal. Dari hal tersebut guru mencoba membuat media naskah audio, untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru memilih media audio visual dikarenakan senangnya siswa-siswi mendengarkan lagu pada waktu istirahat .
Sebelumnya media sejenis audio visual adalah media lagu, juga digunakan oleh gustiani mahasiswi dari Universitas Pendidikan Indonesia dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa lagu dapat digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka simak, dan hasil penelitiannya media lagu digunakan sebagai penunjang pendidikan ke arah kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang lebih mengasyikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa media naskah audio dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai media naskah audio dengan judul “Pengembangan Naskah Audio pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X Topik Manusia dan Kebutuhan Di Sekolah Menengah Atas”.
B. Rumusan Masalah
            Dari uraian latar belakang, maka rumusan masalah pada proposal penelitian ini yaitu;
1.    Apakah karakteristik penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia dan kebutuhan di SMA yang dikembangkan valid dan praktis?
2.    Bagaimana dampak penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia dan kebutuhan di SMA terhadap motivasi belajar siswa?
3.    Bagaimanakah dampak penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia dan kebutuhan di SMA terhadap hasil belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
            Berdasarkan Rumusan masalah yang dikemukakan, adapun tujuan dari proposal penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui karakteristik penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia dan kebutuhan di SMA yang dikembangkan valid dan praktis
2.      Untuk mengetahui dampak penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia dan kebutuhan di SMA terhadap motivasi belajar siswa.
3.      Untuk mengetahui dampak penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi kelas x topik manusia dan kebutuhan di SMA terhadap hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan media naskah audio di sekolah yang berkaitan dengan motivasi dan hasil belajar. Sedangkan secara praktis;
1.        Bagi lembaga   : diharapkan dapat bermanfaat dalam mendukung kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
2.        Bagi guru         : diharapkan dapat bermanfaat sebagai media yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
3.        Bagi siswa       : diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
II. Pembahasan
A. Pengertian Media Pembelajaran
Seseorang belajar karena ada yang mengajar. Proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja, dan dimana saja. Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses pembelajaran sangat penting. Dengan berkembangnya ilmu penegtahuan dan teknologi maka berkembang pula tugas dan peran guru, seiring dengan berkembangnnya jumlah anak yang memerlukan pendidikan.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SMA dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), salah satu rencana strategis pemerintah antara lain (Diknas, 2003) adalah;
1.      Meningkatkan kemampuan profesional guru, melalui pengembangan pelaksanaan proses pembelajaran,
2.      Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajran melalui peningkatan kemampuan guru dalam mengelola belajar dan sumber-sumber belajar lainnya, agar dapat mendorong siswa belajar secara maksimal.
3.      Mengembangkan siswa dalam berprestasi.
Oleh karena itu, maka sekolah dan guru berkewajiban membuat dan menyediakan sumber belajar berupa alat yang dikenal dengan media pembelajaran, terdapat banyak pengertian media pembelajaran dalam berbagai sumber seperti dibawah ini
Media pembelajaran adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Hamijaya, 1997:2).
Media pembelajaran adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi dalam belajar (Association of Education and Communication Technology/ AECT).
Briggs (1970) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Yueh-Min Huang, Yu-Lin Jeng and Tien-Chi Huang (2009) menyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya yaitu untuk mencari efek pembelajaran sistem blog mobile dalam model pembelajaran kooperatif sekaligus untuk mengekplorasi perilaku belajar.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bentuk komunikasi cetak, elektronik, maupun audio visual serta peralatannya yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses pembelajaran terjadi.
B.  Perkembangan Media Pembelajaran
Pada mulanya media pemebelajaran hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah bantu visual, misalnya gmabar, model, objek dan alat-alat yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertangahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual aids (AVA).
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penghilatan dan pendengaran untuk menghindar verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. (Lihat Gambar 1)








 






                                                                                    




















 




Gambar 1 kerucut pengalaman E.Dale (sumber:buku media pendidikan)

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga bantu media juga berfungsi penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat penyalur pesan atau media. Teori ini sangat penting dalam penggunaan media untuk kegiatan program-program pembelajaran.
Baru pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Pada saat itu teori tingkah (behaviorism theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Toeri ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah laku tersebut menjadi adat kebiasaan, setiap ada perubahan tingkah laku positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah betul. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Media instruksional yang terkenal yang dihasilkan teori ini ialah teaching machine dan programme instruction.
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Program pemebalajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara menggunakannya telah dipertimbangkan dan ditentukan dengan seksama.
Pada dasarnya para guru dan ahli audio visual menyambut baik perubahan ini. Guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, mulai dipakai media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa berbeda-beda.
            Menurut Sumardi (2011) Siswa adalah pembelajar  yang aktif dan kreatif, belajar  secara kontekstual  untuk mengenali  jati diri  dan  berbuat  berdasar  minatnya,  berkinerja  dan  berinteraksi  dengan  lingkungan  serta guru harus membuat media yang mempermudah pembelajaran bagi siswa, yaitu media SMS, dan kesimpulannya adalah (1) media SMS dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah pembelajaran membaca dan menulis di  kelas  rendah;  (2) media SMS membantu  guru  dalam meningkatkan  kemampuan  siswa  dalam membaca dan menulis  lebih aktif dan kreatif;   dan (3) media SMS dapat mengembangkan siswa menjadi pembaca dan penulis aktif dan kreatif.
Guru dan media pembelajaran hendaknya bahu-membahu dalam memberi kemudahan belajar bagi siswa. Perhatian dan bimbingan secara individual dapat dilaksanakan oleh guru dengan baik semantara informasi dapat pula disajikan secara jelas, menarik dan teliti oleh media pembelajaran.
Jadi, dari uraian yang ada media pembelajaran memberikan solusi kepada guru untuk selalu menyajikan materi pembelajaran dengan jelas, menarik dan teliti, sehingga menimbulkan pengalaman belajar yang bermanfaat bagi siswa.

C.  Proses Pembelajaran sebagai Proses Komunikasi
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada dikurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan (siswa) menafsirkan simbol-simbol tersebut.
Adakalanya penafsiran tersebut berhasil, adakalanya tidak. Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil berarti kegagalan dalam memahami apa-apa yang disampaikan, diamati dan dilihat.



 






Gambar 2 Proses komunikasi yang gagal
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau pengahalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers atau noises.
Faktor penghambat dari penerimaan pesan adalah minat, sikap, pendapat, kepercayaan, pengetahuan, kultural dan hambatan fisik (kelelahan, sakit, cacat tubuh dan keterbatasan indera). Siswa yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta gurunya tentu hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan yang siswa benci atau tak menyukai semua.
Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belaajr yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dapat dibantu dibatasi dengan adanya pemanfaatan media pembelajaran. Jadi, guru dan media bekerja sama, bahu membahu dalam menyajikan pesan.
 






Gambar 3 proses komunikasi yang berhasil (Sumber: buku media pendidikan)
Terkadang, guru tak banyak berperan karena proses pembelajaran terjadi dalam jarak jauh, atau guru sedang berhalangan hadir. Pada situasi seperti ini, buku, modul, media audio, video dan film dapat dijadikan sumber pesan dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga siswa masih dapat memperoleh materi sesuai dengan jadwal yang ada. Siswa berinteraksi dengan media secara tidak langsung lewat media yang ada.
Jadi, proses pembelajaran sebagai proses komunikasi harus menimbulkan kesamaan persepsi dari yang disampaikan oleh guru sehingga menimbulkan persepsi yang sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dan hal tersebut dapat menimbulkan interaksi yang dihsilkan akan lebih optimal.

D.  Kegunaan Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
a.       Objek yang terlalu besar, dapat diganti dengan relita gambar;
b.      Objek yang kecil, dapat dibantu dengan menggunakan proyektor;
c.       Gerak yang lambat atau cepat dapat dibantu dengan menggunakan timelapse;
d.      Kejadian masa lampau dapat dibantu dengan menggunakan rekaman film;
e.       Objek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat dibantu dengan menggunakan model diagram.
f.       Konsep yang terlalu luas (gunung, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat dibantu dengan menggunakan gambar.

3.      Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam media pembelajaran berguna untuk:
a.    Menimbulkan kegairahan belajar;
b.    Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
c.    Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan minatnya.
4.      Dengan sifat yang unik dari setiap siswa dan lingkungan yang berbeda sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru mengalami kesulitan bilamana semuanya harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a.    Memberikan perangsang yang sama;
b.    Mempersamakan pengalaman;
c.    Menimbulkan persepsi yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa, kegunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru, dan dengan adanya bantuan media dalam proses pembelajaran membuat siswa lebih bersemangat dalam menerima pembelajaran yang disampaikan, karen tidak monoton.
E.  Jenis dan Karakteristik Media
1.      Taksonomi
Dalam teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponene dari sistem instruktursional disamping pesan, orang, teknik, latar dan peralatan. Media adalah perangkat lunak yang (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media (AECT, 1977). Dengan adanya berbagai pengaruh ke dalam khasanah pendidikan seperti ilmu cetak-mencetak, tingkah laku (behaviorisme), komunikasi dan laju perkembangan teknologin elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan format (modul cetak, film, televisi, komputer dan sebagainya) masing-masing mempunyai ciri-ciri dan kemampuannya sendiri. Beberapa contoh usaha ke arah taksonomi media tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Taksonomi menurut Rudy Bretz
Bretz mengidentifikasin ciri utama media menjadi tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Bretz juga membedakan 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak 7) media audio, 8) media cetak.
2.      Hierarki Media menurut Duncan
Duncan menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasarannya di satu pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya dalam satu hierarki. Semakin sulit suatu perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya. Duncan, menyusun media berdasarkan tingakt kerumitan perangkat dan media yang digunakan.
3.      Taksonomi Briggs
Media dikategorikan menurut stimulus yang dapat ditimbulkan dari media sendir, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tuga pembelajaran, bahan dan transmisinya. Briggs, mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar.
4.      Taksonomi menurut Gagne
Gagne, membuat 7 macam pengelompokkan media, yaitu benda untuk dideminstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh media ini dikelompokkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingakatan belajar yaitu pelontar stimulus, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.
5.      Taksonomi menurut Edling
Menurut edling, media adalah sesuatu yang terpusat pada rangsangan belajar saja.
Dari berbagai contoh yang telah dituliskan, bahwa menyusun suatu taksonomi media adalah berlaku umum, dan menurut Schramm (1977) membedakan media rumit, media mahal, media sederhana dan media murah. Selain itu, diperlukan kontrol pemakai, kesiapan dan kesesuaian untuk belajar mandiri, dan kemampuannya untuk memberikan umpan balik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun suatu pengelompokkan, bentuk dan tujuannya dapat memperjelas perbedaan dalam fungsi dan kemampuannya. Hal ini sangat diperlukan dalam menentukan pilihan atas media, agar apa yang disampaikan oleh media dan guru dapat menimbulkan persepsi yang sama dengan seluruh siswa yang sedang belajar.
2.      Karakteristik Media
Adapun karakteristik media yang lazim dipakai menurut sadiman dkk (2009) yaitu:
1.      Media Grafis
Media grafis merupakan media visual (gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan atau chart, grafik, kartun, poster, papan flanel, papan buletin).
2.      Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran (radio, alat perekam, laboratorium bahasa).
3.      Media Proyeksi Diam
Contohnya film bingkai, film rangkai, mikrofis, tv, video, permainan dan simulasi.
Jadi, dari karakteristik media yang ada, diharapkan guru dapat membuat media-media lain yang sejenis untuk memperkaya khasanah pendidikan, khususnya mempermudah proses pembelajaran.

F.   Media Naskah Audio
Media naskah audio adalah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjdai indah dan menarik karena program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada pendengarnya. Karena itu, akan efektif apabila menggunakan bunyi dan suara kita dapat merangsang pendengar untuk menggunakan daya imajinasinya sehingga ia dapat memvisualkan pesan-pesan yang ingin kita sampaikan. Media naskah audio meliputi radio, kaset, Compact Disc (CD) dan laboratorium bahasa. Dan pada penelitian ini penulis menggunakan CD sebagai naskah audio, dikarenakan media CD murah meriah dan sesuai dengan keadaan sarana yang ada di sekolah tempat akan diadakannya penelitian.
A.Penyusunan Rancangan
            Dalam membuat perencanaan ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab, pertama media itu ada kaitannya dengan proses belajar mengajar tertentu untuk mencapai tujuan tertentu? Untuk siapa program media itu dibuat? Untuk orang dewasa, anak-anak, atau mahasiswa. Jika kita sudah menentukan siapa yang akan menggunakan dari program media yang dibuat, maka betulkah media yang dibuat memang dibutuhkan oleh mereka? Perubahan tingkah laku apa yang diharapkan akan terjadi setelah menggunakan media yang dibuat? Materi apa yang perlu disajikan melalui media itu, agar pada diri siswa terjadi perubahan tingkah laku yang kita harapkan.
            Urutan dalam mengembangkan media dapat di uraikan sebagai berikut:
1.      Menganalisis kebutuhan siswa;
2.      Merumuskan tujuan instruksional;
3.      Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan;
4.       Mengembangkan alat pengukur keberhasilan;
5.      Menulis naskah;
6.      Mengadakan tes dan revisi.
B.Analisis Kebutuhan dan karakteristik siswa
            Dalam proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pembelajaran mengasyikan adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan yaitu kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang guru inginkan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.
            Apabila guru menginginkan nilai ulangan yang tuntas, maka kebutuhan pembelajaran itu ialah kemampuan dan keterampilan siswa dalam menjawab setiap latihan dan soal ulangan dengan tuntas. Jika membuat program media tertentu tentu saja guru berharap apa yang dibuat akan digunakan dan bermanfaat oleh siswa.
            Sebagai perancang media guru harus mengetahui pengetahuan dan keterampilan awal siswa. Hati-hati dalam memilih media, karena media yang terlalu mudah dapat membosankan siswa sehingga media yang digunakan menjadi tidak bermanfaat.  Sebelum media dibuat, guru harus meniliti dengan baik pengetahuan awal maupun pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa yang menjadi sasaran media guru.
C.Perumusan Tujuan
            Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang guru lakukan, tujuan juga dapat dijadikan acuan ketika guru mengukur apakah tindakan guru betul atau salah, ataukah tindakan berhasil atau gagal.
            Dalam proses pembelajaran, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa pergi, bagaimana ia harus pergi, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu.
            Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik ada beberapa ketentuan yang perlu diingat sebagai berikut (sadiman 2010:106)
1.      Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa bukan guru.
2.      Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional.
F. Hakikat Mata Pelajaran Ekonomi

            Menurut Mata Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan peraturan menteri no.22 tahun 2006 sebagai berikut:
1.  Latar Belakang Mata Pelajaran Ekonomi
Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat di era global serta perkembangan IPTEK yang telah membawa perubahan pada aspek kehidupan manusia termasuk aspek ekonomi, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti sebagai insan berilmu pengetahuan, berketerampilan, berbudi pekerti luhur,  berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berupaya mencapai kesejahteraan diri  serta memberikan sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran keluarga, masyarakat, dan negara.
            Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi,   konsumsi, dan/atau distribusi.  Luasnya ilmu ekonomi dan terbatasnya waktu yang tersedia membuat standar kompetensi dan kompetensi dasar ini dibatasi dan difokuskan kepada fenomena empirik ekonomi yang ada disekitar peserta didik, sehingga  peserta didik dapat merekam peristiwa ekonomi yang terjadi disekitar lingkungannya dan mengambil manfaat untuk kehidupannya yang lebih baik. 
            Pembahasan manajemen difokuskan pada fungsi manajemen badan usaha dalam kaitannya dengan perekonomian nasional.  Pembahasan fungsi manajemen juga mencakup pengembangan badan usaha termasuk koperasi. Akuntansi difokuskan pada perilaku akuntansi jasa dan dagang. Peserta didik dituntut memahami transaksi keuangan perusahaan jasa dan dagang serta mencatatnya dalam suatu sistem akuntansi untuk disusun dalam laporan keuangan. Pemahaman
pencatatan ini berguna untuk memahami manajemen keuangan perusahaan jasa dan dagang. 
 Mata pelajaran Ekonomi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS. Pada tingkat pendidikan menengah, ekonomi diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.
2.  Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi
Mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 
1.  Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara;
2.  Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang
diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi;
3.    Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki
pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang
bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara;
4.  Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun
Internasional.
 3.  Ruang lingkup Mata Pelajaran Ekonomi
Mata pelajaran Ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1.  Perekonomian;
2.  Ketergantungan;
3.  Spesialisasi dan pembagian kerja;
4.  Perkoperasian;
5.  Kewirausahaan;
6.  Akuntansi dan manajemen.
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa hakikat matapelajaran ekonomi adalah mata pelajara yang mempelajari tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang berupa barang atau jasa untuk mencapai kemakmuran.           
4. Konsepsi Mata Pelajaran Ekonomi Topik Manusia dan Kebutuhan
Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, langkah yang bisa dilakukan yaitu:
1.Berusaha secara kelompok atau individu dalam masyarakat.
2.Pemenuhan kebutuhan tidak dilakukan sekaligus, tetapi mendahulukan mana yang lebih penting.
1.Macam-macam Kebutuhan Manusia
a.Kebutuhan menurut intensitas kegunaannya (penting atau tidaknya)
1)Kebutuhan mutlak yaitu kebutuhan yang mau tidak mau harus dipenuhi oleh setiap manusia dan tidak mungkin ditinggalkan. Contoh : makan, minum, udara.
2)Kebutuhan primer yaitu kebutuhan pertama atau utama. Contoh : makanan, minuman, pakaian, kesehatan, rumah., dan pendidikan.
3)Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan primer terpenuhi. Contoh : mobil, TV.
4)Kebutuhan tersier yaitu kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Contoh : rumah mewah, kapal pesiar.
b.Kebutuhan menurut waktunya
1)Kebutuhan sekarang yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi sekarang juga, dan tidak dapat ditunda.
2)Kebutuhan masa yang akan datang yaitu kebutuhan yang pemenuhannya dilakukan di kemudian hari dan dapat ditunda karena tidak mendesak.
c.Kebutuhan menurut sifatnya
1)Kebutuhan jasmani yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani atau fisik, yaitu menjaga penampilan dan kesehatan.
2)Kebutuhan rohani yaitu kebutuhan yang bersifat rohani, berhubungan dengan kesehatan jiwa.
d.Kebutuhan menurut subyeknya
1)Kebutuhan individual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan perseorangan atau individu.
2)Kebutuhan kolektif. Kebutuhan bersama dalam suatu masyarakat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Contoh : jalan, jembatan, rumah sakit.
2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan
a.Kondisi alam
b.Peradaban
c.Agama dan Kepercayaan
d.Adat istiadat
3.Benda Pemuas Kebutuhan
Benda pemuas kebutuhan adalah segala sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan manusia yang dapat berupa barang dan jasa.
Jenis-jenis benda pemuas kebutuhan antara lain :
a.Benda pemuas kebutuhan menurut cara mendapatkannya
1)Benda ekonomi
Benda ekonomi adalah benda pemuas kebutuhan yang untuk mendapatkannya memerlukan sejumlah pengorbanan tertentu. Pengorbanan itu biasanya berupa uang.
2)Benda bebas
Benda bebas adalah benda pemuas kebutuhan yang tersedia dalam jumlah banyak (kalau tidak dapat dikatakan tidak terbatas) di alam.
b.Benda pemuas kebutuhan menurut kegunaannya
1)Benda konsumsi
Benda konsumsi adalah benda yang dapat langsung dipakai untuk memuaskan kebutuhan.
2)Benda produksi
Benda produksi adalah benda yang digunakan untuk melaksanakan proses produksi, guna menghasilkan benda lain.
c.Benda pemuas kebutuhan menurut proses produksinya
1)Barang mentah (bahan baku)
Bahan mentah adalah bahan dasar atau bahan pembuat benda pemuas kebutuhan. Bahan mentah disebut juga dengan bahan baku, yaitu bahan yang sama sekali belum mengalami proses pengolahan.
2)Barang setengah jadi
Barang setengah jadi adalah hasil pengolahan bahan mentah, tapi belum menjadi produk akhir.
3)Barang jadi
Barang jadi adalah produk akhir setelah melalui proses pengolahan dari bahan mentah dan barang setengah jadi.
d.Benda pemuas kebutuhan menurut hubungannya dengan benda lain
1)Benda komplementer
Benda komplementer adalah benda pemuas kebutuhan yang akan bermanfaat atau berguna jika dipakai bersama-sama dengan benda lainnya, atau dapat juga dikatakan bahwa benda tersebut akan mempunyai daya guna yang lebih tinggi bila dipakai bersama-sama dengan benda lainnya.
2)Benda substitusi
Benda substitusi adalah benda pemuas kebutuhan yang pemakaiannya dapat menggantikan benda lain atau saling menggantikan.
G. Motivasi
Proses belajar mengajar di sekolah bersifat sangat kompleks, karena di dalamnya terdapat aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis. Aspek pedagogis merujuk pada kenyataan bahwa belajar mengajar di sekolah terutama di sekolah dasar berlangsung dalam lingkungan pendidikan dimana guru harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan, melalui proses belajar mengajar di dalam kelas. Aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa siswa yang belajar di sekolah memiliki kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Selain itu, aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi, misainya: ada belajar materi yang mengandung aspek hafalan, ada belajar keterampilan motorik, ada belajar konsep, ada belajar sikap dan seterusnya. Adanya kemajemukan ini menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis merujuk pada. pengaturan belajar siswa oleh tenaga. pengajar. Dalam hal inipun, ada. berbagai prosedur didaktis. Berbagai cara mengelompokkan, dan beraneka macam media pengajaran. Guru harus menentukan metode yang paling efektif untuk proses belajar mengajar tertentu sesuai dengan tujuan instruksional. yang harus dicapai. Demikian pula dengan kondisi internal dan eksternal belajar yang harus diciptakan oleh pengajar, sangat bervariasi. Kondisi tersebut, disebut dengan motivasi, adapun pengertian motivasi seperti berikut
Donald (2004) mengemukakan bahwa motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Santrock (2008), motivasi adalah proses yang memeberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
“Gage dan Baliner (1992) mengungkapkan bahwa motivasi adalah hal-hal mendorong dan mengarahkan aktifitas seseorang. Berdasarkan definisi tersebut di atas bahwasannya ada 3 (tiga) aspek yang termaktub dalam motivasi yaitu: (1) keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state); (2) perilaku yang timbul dan terarah; (3) goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut”.
Berdasarkan pengertian motivasi menurut ahli, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu tindakan yang berbentuk dorongan agar menggapai tujuan yang spesifik sebagai wujud dari kegigihan.
1.    Siklus Motivasi
Pada umumnya motivasi memiliki sifat siklas (melingkar), yaitu motivasi timbul, memicu perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan (goal) tercapai, motivasi itu terhenti. Namun motivasi itu bergerak ketika ada kebutuhan lagi. Secara sederhana siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut:







Keterangan:
1) driving state
2) Instrumental behavior
3) Goal
 

 



Siklus tersebut di atas merupakan siklus sederhana, siklus motivasi yang kompleks lebih dipengaruhi oleh faktor kognitif meliputi berpikir, ingatan, dan persepsi yang dapat dilihat melalui bagan berikuti ini.
 





Gambar 4.The motivational cycle with cognitive factors added
(Modified from Deci, 1975, dalam Morgan, dkk, 1984)

2. Teori-teori Motivasi
Mengenai motivasi ini ada beberapa teori yang memberikan gambaran tentang seberapa jauh peranan pada stimulus internal dan eksternal. Teori tersebut meliputi: (1) Teori insting (instinct theory), (2) teori dorongan (drive theory), (3) teori insentif (incentive theory),(4) teori atribusi (attribute theory), dan (5) teori kognitif (cognitive theory). Teori insting menyebutkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh insting. Insting sendiri diartikan sebagai perilaku innate, perilaku bawaan dan akan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman. Teori dorongan bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Teori atribusi menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang dari disposisi internal ataupun keadaan eksternal. Terakhir, teori kognitif  menyebutkan bahwa organisme berperilaku sesuai dengan pilihannya yang tentunya memberikan manfaat baginya. Kemampuan memilih ini berarti faktor berpikir berperan dalam menentukan pilihannya.

3. Jenis-jenis motivasi
Menurut Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif–motif (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi.
4. Motivasi Berprestasi
Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi. Menurut Mc Clelland dalam Amirullah (2002:154-155) mengemukakan tiga kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Orang dengan kebutuhan yang tinggi cenderung suka bertanggung jawab untuk memecahkan berbagai macam persoalan, mereka cenderung menetapkan sasaran yang cukup sulit untuk mereka sendiri dan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan untuk mencapai sasaran tersebut. Lebih lanjut Mc Clelland dalam Handoko (1983:256) mengemukakan bahwa orang-orang yang berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan, yaitu :
1. Menyukai pengambilan resiko yang layak (moderat) sebagai fungsi keterampilan, bukan kesempatan ; menyukai suatu tantangan ; dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.
2. Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi yang layak dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan.
3. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang telah dikerjakannya.
4. Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan mempunyai kemampuan-kemampuan organisasional.
Menurut Maslow dalam Darsono (2000:101-102) mengemukakan bahwa manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :
1) Kebutuhan jasmaniah, seperti : makan, minum, istirahat, seksual dan sebagainya.
2) Kebutuhan keamanan (rasa aman), seperti : ingin sehat, ingin terhindar dari bahaya, ingin menghilangkan kecemasan dan lain-lain.
3) Kebutuhan untuk memiliki dan dicintai, seperti : ingin berteman, ingin berkeluarga, ingin masuk dalam suatu kelompok dan lain – lain.
4) Kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri), seperti : ingin dihargai, dipercaya, dihormati oleh orang lain dan lain-lain.
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri, seperti : keinginan untuk mengembangkan potensi diri, bakat dan keterampilan, keinginan berprestasi, keinginan mencapai cita-cita dan sebagainya.
6) Kebutuhan untuk tahu dan mengerti, seperti : mencari ilmu atau menempuh pendidikan setinggi-tingginya yang didorong rasa ingin tahu.
7) Kebutuhan estetis, yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan keindahan.
Sedang menurut Morgan dalam Sardiman (2005:78-80) mengemukakan bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas
2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
3) Kebutuhan untuk mencapai hasil atau cita-cita
4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan itu berasal dari diri sendiri yang menuntut untuk dipenuhi. Keinginan seseorang untuk dapat memenuhi semua kebutuhannya tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu yang mengarah pada pencapaian pemenuhan kebutuhan. Hal ini dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang guna membekali diri dengan hal hal yang diperlukan dalam mencapai tujuannya tersebut.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu:
1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari :
a) Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.
b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain. (Muhidin Syah, 1995:108-115)
Sumanto (1990:108-115) menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar anak menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor-faktor stimulasi belajar
Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini mencakup materiil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.
2) Faktor metode belajar
Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi dan metode yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2) Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3) Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4) Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5) Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
  • Membentuk kebiasaan belajar yang baik
  • Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
  • Menggunakan metode yang bervariasi, dan
  • Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-didiknya. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.


H. Belajar 
1. Hakikat Belajar
            Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan yang berlangsung di sekolah, yang paling utama adalah kegiatan belajar, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Menurut Yasa (2008) mengemukakan bahwa belajar adalah integrasi dari pengalaman masa lalu dengan keadaan seseorang pada waktu sekarang untuk kemudian diaplikasikan di masa datang.
Sedangkan pendapat slameto (2010:2) menjelaskan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pandapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan atau transformasi yang terjadi dalam proses mental yang diperoleh melalui praktik atau latihan yang dapat menunjang perubahan tingkah laku sehingga terjadi perubahan atau peningkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Proses dari belajar, sangat erat kaitannya dengan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima pembelajaran. Oleh karena itu, hasil dari evaluasi tersebut dikenal dengan sebutan hasil belajar, yang menggabarkan kemampuan anak selama belajar. Biasanya hasil belajar akan terlihat signifikan setelah rapor dibagikan. Adapun pengertian hasil belajar yaitu sebagai berikut:
Menurut Zuriyani, dkk (2011:45) mengatakan bahwa hasil belajar siswa dalam KTSP berdasarkan ketuntasan mempelajari setiap kompetensi dasar yang pada akhirnya untuk menyatakan tuntas tidaknya proses pembelajaran. Siswa dikatakan berhasil apabila telah mencapai ketuntasan belajar yaitu nilai ulangan siswa sama atau diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga hasil belajar (rapor) siswa dinyatakan dalam bentuk angka dan ada informasi yang menyatakan tuntas tidaknya pelajaran.  
Hasil belajar siswa sangat bergantung pada proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Banyak unsur yang mempengaruhi proses pembelajaran salah satu unsurnya adalah aktivitas siswa. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar (Yasa, 2008).
Trinandita dalam yasa (2008) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan membuat suasana kelas menjadi kondusif, masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan membentuk pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.
Dari penjelasan yang ada, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari setiap kompetensi dasar, untuk menyatakan tuntas tidaknya proses pembelajaran, serta hasil dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
2. Hakikat Pembelajaran
            Menurut Sadiman (2008:6) menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
            Sedangkan slameto (2010:28) mengatakan bahwa pembelajaran adalah tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar.
            Dimyati dan Mudjiono (1999) mengartikan pembelajaran sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa.
Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran adalah upaya guru untuk mengubah tingkah laku siswa melalui proses belajar. Hal ini disebabkan karena pembelajaran adalah upaya guru untuk supaya siswa mau belajar. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku siswa. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan upaya guru untuk menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Dalam pembelajaran perlu adanya komponen-komponen pendukung dengan tujuan supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik.
I. Pengembangan Media Naskah Audio Dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas
1.Perencanaan
            Dimulai dari mengidentifikasi tujuan, kebutuhan belajar, analisis karakter siswa yang akan menjadi sasaran media yang dikembangkan, menilai karakteristik siswa, dan apakah siswa siap menggunakan media yang akan dikembangkan.
2. Menyiapkan Materi Pembuka
Langkah menyusun materi pembuka untuk media naskah audio. Materi pengantar manusia dan kebutuhan, serta menjelaskan media apa yang akan digunakan.
3. Mendesain Naskah Audio
            Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R&D) dengan model pengembangan preskriptif Menganalisis materi yang akan dimasukkan dalam media naskah audio, secara terstruktur, ditulis dahulu dengan manual, kemudian menyiapkan musik yang akan dimasukkan ke dalam media naskah audio dan memulai memasukkan materi yang ada, kedalam CD dengan cara merekam suara pengisi materi. Ketika media akan digunakan pada saat pembelajaran, maka tugas guru memberikan deskripsi kepada siswa mengenai media yang akan digunakan dan mejelaskan tujuan penggunaan media tersebut.
4. Validasi
Desain media yang telah dibuat dibutuhkan validasi, menurut Sugyono (2011:414) validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk akan lebih efektif dibandingkan dengan produk yang lama.Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk tersebut. Kemudian uji one to one, uji small group dan di akhiri dengan field test Sehingga diketahui kelemahan dan kelebihannya.
5. Hipotesis
            Berdasarkan kajian teori mengenai media naskah audio dan pengamatan di lapangan, diajukan hipotesis berupa pengembangan media naskah audio topik manusia dan kebutuhan pada matapelajaran ekonomi SMA dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

III. Prosedur Penelitian
A.  Langkah-langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan sebagai berikut:
1.      Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif.
2.      Tahap pengembangan media naskah audio dengan menerapkan pendekatan deskriptif, dilanjutkan dengan penerapan ujicoba terbatas desain media dengan menerapkan metode eksperimen (single one shot case study). Setelah ada perbaikan dari uji terbatas, maka dilanjutkan dengan uji yang lebih luas dengan metode eksperimen (one group pretest-postest).
3.      Tahap validasi media dengan metode eksperimen (one group pretest-postest with control group design).
Tahapan penelitian yang telah dilakukan dapat digambarkan seperti gambar berikut.











 













Gambar 5 Tahap kegiatan Penelitian dan Pengembangan Media naskah audio SMA
B.  Metode Penelitian Tahap I
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R&D) dengan model pengembangan preskriptif. Model pengembangan media naskah audio dengan  menggunakan CD pada mata pelajaran ekonomi dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan preskriptif. Hasil pembelajaran yang diamati dalam pengembangan model preskriptif adalah hasil pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan lebih dulu. Seperti ditunjukkan pada gambar 4 berikut.
Oval: Komponen media
(naskah tertulis dan CD)Flowchart: Alternate Process: Media naskah audio topik manusia dan kebutuhan 
pada matapelajaran ekonomi SMA.           










 










Gambar 6. Model pengembangan preskriptif pada media naskah audio
1.    Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Subjek penelitian menurut sugyono (2011:428) dibagi menjadi populasi dan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas x semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di SMA N 3 Palembang dan SMA N 1 PemSel yang mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan mata pelajaran ekonomi, terdiri dari 4 kelas, alasan memilih kelas X sebagai populasi karena materi yang akan digunakan dalam naskah audio sangat sesuai dengan materi kelas X, yaitu berupa teori dan non matematik. Adapun rinciannya yaitu:

Tabel 1. Populasi Penelitian
Kelas
Jumlah Siswa
X.1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10 SMA N 3 Palembang
210
X.1, 2, 3, 4  SMA N 1 PemSel
120
Jumlah
330
Sumber: Dokumentasi SMAN 3 Palembang dan SMA N 1 PemSel

Adapun sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling, menurut Sugyono (2011:120) pengambilan sampel dengan teknik ini karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Sampel Penelitian
Kelas
Jumlah Siswa
X.1
40
X.2
40
X.1
30
X.2
30
Jumlah
140
Sumber: Dokumentasi SMAN 3 Palembang dan SMA N 1 PemSel
                Dari data sampel penelitian, digunakan juga untuk uji one to one sebanyak 30 siswa, small group 30 siswa dan field test untuk kelas perlakuan dan  kelas tanpa perlakuan di SMA 3 Palembang dan SMA 1 PemSel.

2.    Teknik Pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi (observasi), tes dan angket.  Untuk mendapat data Validitas, digunakan angket yang di berikan ke ahli Media Naskah audio (compact disc),  kemudian untuk data praktikalitas dan data potensial, penulis menggunakan dokumentasi, tes dan angket. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode:

1.      Tes Hasil Belajar
Menurut Djaali dalam Muljono (2004), tes diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tetentu. Dalam penelitian ini, tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan naskah audio yang diperoleh dari nilai rata-rata 2 kali ulangan pada materi manusia dan kebutuhan, kemudian nilai hasil belajar siswa yang tampak dari soal latihan atau tes yang diberikan oleh guru sesuai dengan teori behavioristik yang merupakan tahap pengukuran.
2.      Data Angket
Data angket digunakan untuk melihat motivasi siswa SMA setelah menggunakan media naskah audio dalam proses pembelajaran. Angket juga digunakan untuk melihat hambatan dalam hasil belajar siswa SMA.
Angket disebarkan pada siswa responden secara langsung untuk mendapatkan data, data motivasi didapat dari angket skala Likert yang berisi 20 pertanyaan yang berupa pertanyaan dengan pemberian skor terhadap jawaban. Setiap jawaban dari angket akan diberi skor yaitu: jika memilih  Alternatif jawaban a= tidak benar, diberi nilai 1 Alternatif jawaban b= kurang benar, diberi nilai 2, Alternatif jawaban c= cukup benar, diberi nilai 3, Alternatif jawaban d= benar, diberi nilai 4, Alternatif jawaban e= sangat benar, diberi niali 5.
3.      Observasi
Penelitian ini menggunakan dokumentasi untuk memperoleh data atau informasi motivasi siswa yang menjadi sampel diambil pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 SMA.
            Sebagai data pendukung dikumpulkan data yang berhubungan dengan keaktifan siswa selama proses pembelajaran yang didapat melalui observasi. Data observasi dari hasil pengamatan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran ekonomi untuk SMA yang menggunakan media naskah audio.


3.    Instrumen Penelitian
1.    Instrumen untuk Mengukur Hasil Belajar
A.    Penguasaan Bahan Ajar, dengan Indikator
Adapun yang termasuk dalam penguasaan bahan ajar dengan indikator yaitu:
1.      Membuat satuan pelajaran (SP) untuk setiap pokok bahasan;
2.      Membuat RPP setiap pertemuan;
3.      Menyusun Silabus mata pelajaran;
4.      Merumuskan tujuan dengan jelas;
5.      Membuat hand out (bahan penyerta pelajaran);
6.      Memulai pelajaran dengan menjajaki kemampuan siswa terlebih dahulu;
7.      Memulai pelajaran dengan situasi sehari-hari;
8.      Mengintergrasikan life skill dalam pembelajaran;
9.      Menyampaikan materi pelajaran secara menarik dan mudah dipahami;
10.  Menjawab pertanyaan siswa secara menarik dan mudah dipahami;
11.  Menanggapi komentar siswa dengan baik dan memberi penjelasan yang relevan;
12.  Menggunakan sumber buku acuan untuk keperluan pembelajaran;
13.  Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sendiri.

B.     Penguasaan Evaluasi Pembelajaran
 Adapun indikator yang termasuk dalam penguasaan evaluasi pembelajaran yaitu:
1.      Melaksanakan evaluasi secara berkesinambungan;
2.      Melakukan evalusi belajar secara komprehensif, meliputi evaluasi konteks, input, proses dan produk;
3.      Memilih jenis test yang sesuai dengan materi pembelajaran;
4.      Menentukan nilai akhir secara obyektif dan adil;
5.      Membahas hasil pekerjaan siswa di depan kelas.

2.                     Instrumen Angket (untuk Mengukur Motivasi)
Instrumen Angket untuk mengukur motivasi terdiri dari 20 pertanyaan, situasi Kebutuhan Dasar (rasa aman, cinta dan penghargaan) 5 butir pertanyaan, kebutuhan fisik dan psikologi 3 butir pertanyaan dan kebutuhan tumbuh (mengetahui, memahami, menghargai, menumbuh, mengembangkan penghargaan dari orang lain) 13 butir pertanyaan. digunakan angket tertutup yang dianalisis menggunakan skala likert, pertnyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai responden dengan jika memilih  Alternatif jawaban a= tidak benar, diberi nilai 1 Alternatif jawaban b= kurang benar, diberi nilai 2, Alternatif jawaban c= cukup benar, diberi nilai 3, Alternatif jawaban d= benar, diberi nilai 4, Alternatif jawaban e= sangat benar, diberi niali 5 dan pernyataan negatif . Dapat dilihat pada tabel berikut ini.
       
Tabel 3. Penggolongan Pernyataan dalam Angket Motivasi Berdasarkan Kriteria dan Kondisi
NO
VARIABEL PENELITIAN MOTIVASI SISWA
(KONDISI)
ANGKET MOTIVASI
(NO ITEM INSTRUMEN ATAU BUTIR SOAL)
1
Kebutuhan Dasar (rasa aman, cinta dan penghargaan)
5,6,7,14,16
2
Kebutuhan fisik dan psikologi
15,18,19
3
Kebutuhan tumbuh (mengertahui, memahami, menghargai, menumbuh, mengembangkan penghargaan dari orang lain)
1,2,3,4,6,8,9,10,11,12,13,17,20


Instrumen tentang motivasi dikembang dari kriteria dan kondisi yang biasanya yang menimbulkan motivasi pada manusia. Oleh karena itu, motivasi yang baik, tergantung dari kriteria dan kondisi seseorang untuk mencapai sesuatu.
Menilai motivasi akan lebih obyektif bila sumber datanya menggunakan berbagai kelompok yang terlibat dengan siswa. Maka, akan obyektif bila sumber datanya adalah siswa yang akan dilihat motivasinya.


3.                     Instrumen Observasi
Instrumen observasi digunakan untuk melihat keaktifan siswa yang dianalisis dengan memberikan skor pada setiap deskriptor yang terlihat pada siswa. Adapun deskriptor yang dianalisis yaitu:
  1. Proses pembelajaran
a.       Mendengarkan penjelasan Guru
b.      Mencatat hal-hal yang berhubungan dengan materi
c.       Mengemukakan pendapat dalam diskusi
d.      Aktif bertanya
e.       Menjawab pertanyaan guru
  1. Mengerjakan tugas-tugas:
a.       Tepat waktu
b.      Mengumpulkan tugas pada jam pelajaran berikutnya

4.    Analisis Data
1.      Analisis Data Hasil Belajar
            Data hasil belajar yang diperoleh dari hasil nilai ulangan harian dan mid semester, kemudian diolah untuk menghasilkan nilai akhir yang kemudian dianalisis untuk mengetahui kategori hasil belajar siswa. Nilai akhir tersebut diperoleh dengan jalan menjumlahkan nilai ulangan harian (UH) dan nilai ujian tengah semester (UTS) lalu di rata-ratakan yang masing-masing diberi bobot 25 dan 75 lalu dibagi 100. Jika dituangkan dalam bentuk rumus yaitu sebagai berikut:


                            25 UH + 75 UTS
 NA=
                                  100
 
 

           


 




Keterangan      :
NA                  : Nilai Akhir
UH                  : Ulangan Harian
UTS                 : Ujian Tengah Semester
                                                                                                (Sudjiono, 2005 )

            Data Hasil belajar yang diperoleh dari hasil peneliltian ini kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Skor hasil tes siswa akan dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:
Tabel 4. Kategori Hasil Belajar
Skor
Kategori
80-100
Sangat Baik
66-79
Baik
56-65
Cukup
40-55
Kurang
0-39
Gagal
(Nasoetion, 2007)
Tabel 5. Nilai hasil belajar siswa
No Urut
Nilai Hasil Belajar Siswa dari Tes
I
II
Rerata
1
2
.
.
30




Keterangan: nilai dikumpulkan untuk masing-masing kelas dengan pembelajaran menggunakan media naskah audio.

2.Analisis Data Angket
            Untuk mengukur motivasi siswa terhadap media naskah audio digunakan angket tertutup yang dianalisis menggunakan skala likert, pertnyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai responden dengan jika memilih  Alternatif jawaban a= tidak benar, diberi nilai 1 Alternatif jawaban b= kurang benar, diberi nilai 2, Alternatif jawaban c= cukup benar, diberi nilai 3, Alternatif jawaban d= benar, diberi nilai 4, Alternatif jawaban e= sangat benar, diberi niali 5 dan pernyataan negatif adalah kebalikannya seperti tampak pada tabel berikut ini.
Tabel 6. Kategori Motivasi
No
Kategori Motivasi
Jumlah Siswa
Interval Nilai
Kategori Motivasi
1
Sangat tinggi
a
86-100
5
2
Tinggi
b
71-86
4
3
Cukup Tinggi
c
56-70
3
4
Kurang Tinggi
d
41-55
2
5
Tidak Tinggi
e
≤ 40
1
            Angket tingkat motivasi siswa terhadap media naskah audio diberikan pada akhir proses pembelajaran dengan 20 pernyataan untuk tingkat motivasi siswa, dengan penilaian skala tingkat motivasi siswa sebagai berikut:
Skor minimum : 1 x 20 aspek yang dinilai = 20
Skor maksimum          : 5 x 20 aspek yang dinilai = 100
Kategori nilai              : 5
                                                100-20
Rentangan nilai           :                                   = 16
                                                   5

Tabel 7.  Penentuan kriteria
No
Kategori Motivasi
Jumlah Siswa
Interval Nilai
Kategori Motivasi
1
Sangat tinggi
a
86-100
5
2
Tinggi
b
71-86
4
3
Cukup Tinggi
c
56-70
3
4
Kurang Tinggi
d
41-55
2
5
Tidak Tinggi
e
≤ 40
1
Setiap jawaban dari angket akan diberi skor yaitu: jika memilih 
Alternatif jawaban a= tidak benar, diberi nilai 1
Alternatif jawaban b= kurang benar, diberi nilai 2
Alternatif jawaban c= cukup benar, diberi nilai 3
Alternatif jawaban d= benar, diberi nilai 4
Alternatif jawaban e= sangat benar, diberi niali 5
Selanjutnya angket diuji coba terlebih dahulu sebanyak 2 kali, sehingga didapat data yang shahih dan dapat diandalkan (Lampiran 1).
Tabel 8. Nilai Motivasi masing-masing siswa dari kuesioner
Nomor Urut Siswa
Nilai Motivasi
Kelas dengan Naskah Audio
Kelas tanpa Naskah Audio
1
2
.
.
.
.
33
a1
a2
.
.
.
.
a33
b1
b2
.
.
.
.
b33
Jumlah
∑a
∑b
Rerata
ā
ƃ
Keterangan: nilai diatas diperoleh dari total nilai kuesioner masing-masing siswa.
3.Analisis Data Observasi
            Data observasi keaktifan siswa dianalisis dengan memberikan skor pada setiap deskriptor yang terlihat pada siswa. Adapun format lembar observasi adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Lembar Observasi keaktifan siswa yang menggunakan atau tanpa menggunakan Naskah Audio

Parameter Keaktifan Siswa

Prosentase

Rerata
I
II
III
IV
V
VI
1.        Proses pembelajaran
a.           Mendengarkan penjelasan Guru
b.        Mencatat hal-hal yang berhubungan dengan materi
c.        Mengemukakan pendapat dalam diskusi
d.        Aktif bertanya
e.        Menjawab pertanyaan guru
2.        Mengerjakan tugas-tugas:
a.        Tepat waktu
b.        Mengumpulkan tugas pada jam pelajaran berikutnya
3.        Proses pembelajaran
a.      Mendengarkan penjelasan
Guru
b.     Mencatat hal-hal yang berhubungan dengan materi
c.      Mengemukakan pendapat dalam diskusi
d.     Aktif bertanya
e.      Menjawab pertanyaan guru
4.          Mengerjakan tugas-tugas:
a.      Tepat waktu
b.     Mengumpulkan tugas pada jam pelajaran berikutnya




















Keterangan: Observasi dilakukan 6 kali
Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat prosentase keaktifan siswa dari kelas yang menggunakan naskah audio dan kelas yang tidak menggunakan naskah audio. Skor hasil prosentase keaktifan siswa akan dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut.

Tabel 10. Kategori Tingkat Keaktifan siswa
No
Kategori Motivasi
Jumlah Siswa
Interval Nilai
Kategori Motivasi
1
Sangat tinggi
a
86-100
5
2
Tinggi
b
71-86
4
3
Cukup Tinggi
c
56-70
3
4
Kurang Tinggi
d
41-55
2
5
Tidak Tinggi
e
≤ 40
1

( Nasoetion, 2007)
5.    Perencanaan Desain Produk


 





Gambar 7. Perencanaan Penelitian

Rancangan penelitian dapat diuraikan pada tahap prosedur dibawah ini:
1.      Studi pendahuluan
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kondisi yang ada dilapangan, pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Melakukan wawancara dengan guru di sekolah yang akan dijadikan tempat uji coba produk.;
b.      Menganalisis silabus matapelajaran, untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan sesuai dengan kompetensi yang diaharapkan;
c.       Mempelajari karakteristik siswa.
2.      Tahap studi pengembangan
Pada tahap ini dilakukan perancangan naskah audio. Pembuatan ini dilakukan dua tahap yaitu:
a.       Tahap validasi                   : digunakan untuk menentukan apakah naskah audio yang telah dirancang sesuai dengan silabus pembelajaran, lalu dikonsultasikan dengan pakar.
b.      Tahap praktikalitas            : digunakan untuk uji coba terbatas di satu kelas untuk melihat praktikalitas naskah audio yang sudah dirancang.
3.      Tahap evaluasi
Pada tahap ini, di fokuskan pada evaluasi apakah naskah audio sesuai dengan harapan dan efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.



















Langkah-langkah dalam penelitian tersebut disajikan dalam bentuk flowchart berikut ini:
 










                                      
Flowchart: Multidocument: Uji one to oneOval:  ValidFlowchart: Multidocument: Uji pakar (validitas)                                                       YA     























 


Oval: Revisi                   TIDAK
Evaluasi dan perbaikan
 
Oval: Revisi                                                                                             YA













 

                                                       TIDAK
Flowchart: Multidocument: Uji small group di SMA N 3 Palembang (siswa dengan kelas perlakuan dan tidak)                                                      









Praktikal?
Efektif?
 
 


Oval: Revisi                                                                                           TIDAK


 

                                                       YA
 





6.      Jadwal Kerja
NO
Jenis Kegiatan
Bulan Ke


1
2
3
1
Tahap persiapan:
a.     Melakukan wawancara dengan guru di sekolah yang akan dijadikan tempat uji coba produk.;
b.     Menganalisis silabus matapelajaran, untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan sesuai dengan kompetensi yang diaharapkan;
c.     Mempelajari karakteristik siswa.



2
Tahap pengembangan:
a.     Tahap validasi                 : digunakan untuk menentukan apakah naskah audio yang telah dirancang sesuai dengan silabus pembelajaran, lalu dikonsultasikan dengan pakar.
b.     Tahap praktikalitas            : digunakan untuk uji coba terbatas di satu kelas untuk melihat praktikalitas naskah audio yang sudah dirancang.



3
Tahap evaluasi:
Pada tahap ini, di fokuskan pada evaluasi apakah naskah audio sesuai dengan harapan dan efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.




7.      Validasi Desain
A.    Pengujian Naskah Audio
1.      Pengujian One to One
Pengujian dilakukan pada satu SMA dengan tiga kali pengujian uji coba 1, uji coba 2, uji coba 3. Model eksperimen ini One Group Pretest-Postest Design. Model eksperimen ini digambarkan seperti gambar berikut.
O1 X O2
 
                                           O1       : nilai pretest   
                                                            O2       : nilai postest
Bagaimana terhadap motivasi dan hasil belajar.
                                             
Gambar 8. Model eksperimen One Group Pretest-Postest Design

2.      Pengujian Small Group dan Field Test
Pengujian naskah audio yang lebih luas pada SMA 3 Palembang, SMA N 1 PemSel. Dengan design Model eksperimen ini One Group Pretest-Postest Design. Model eksperimen ini digambarkan seperti gambar berikut.
O1 X O2
 
                                                                               O1           : nilai pretest           
                                                                                                                                O2           : nilai postest
O1 X O2
 
SMA 3                                                 Bagaimana terhadap motivasi
dan hasil belajar.
                                                                SMA 1 PemSel

Gambar 9. Uji coba dengan Model eksperimen ini One Group Pretest-Postest Design
5.    Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu:
1.    Karakteristik penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi SMA yang dikembangkan valid dan praktis.
2.    Dampak penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi SMA terhadap motivasi belajar siswa yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.    Dampak penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi SMA terhadap hasil belajar siswa yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa.



DAFTAR PUSTAKA

Huang, yuehmin. 2009. “Mobile Learning”.
http//www.educationaltechnology.journal. Diakses tanggal 20 November 2011.
Sadima. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta:Widya Utama
Sugyono. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta:
Syukur. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Yasa. 2008. Belajar. Jakarta: Ganesha.
Zuriyan, dkk. 2011. “Pengembangan Media CD ”. Jurnal Inovasi pendidikan vol.12.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar