Assalammualaikum...

Ketika butuh sebuah bahan referensi, semoga Blog ini bermanfaat.. Wassalammualaikum

Jumat, 16 Desember 2011

PENELITIAN EKSPERIMEN


I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia dengan segala persoalan dan kegiatannya secara dinamis dituntut untuk mampu beradaptasi dan menyelesaikan masalah yang sudah dihadapi saat ini.
Didalam kesadaran yang ada pada diri manusia maka manusia kiranya mampu menyelesaikan masalah yang ada, dan menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan kecerdasan, kreativitas, dan kearifan agar dalam menyelesaikan masalah agar tidak menimbulkan masalah yang lebih sulit lagi.
Pendidikan sebagai faktor kunci dalam pembangunan bangsa dan negara. Banyak penelitian menunjukkan tentang adanya korelasi positif antara mutu hasil pendidikan dengan perkembangan ekonomi (sadima, 2007). Hal ini berarti bahwa peningkatan mutu pendidikan adalah tantangan paling penting di dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional.
            Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentu tidak terlepas dari dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu wadah untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan mandiri, dan pendidikan harus memiliki kualitas yang baik. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional ditetapkan ketentuan sebgaimana disebutkan dalam pasal 1 bahwa:
        “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

 
            Dari rumusan diatas dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) perlunya perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan termotivasi dan belajar, agar hasil belajarnya meningkat. Semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, dan semakin mantap pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
            Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami.
            Teknologi pendidikan dalam arti sempit bisa merupakan media pendidikan (media pembelajaran). Dalam arti luas media pembelajaran adalah hasil teknologi yang digunakan sebagai alat pembelajaran agar berhasil guna, efisien, dan efektif (Syukur, 2008). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi untuk meningkatkan hasil pembelajaran secara efisien dan efektif serta dapat meningkatkan pemahaman bagi siswa, yang ada pada gilirannya dapat meningkatkan mutu hasil belajarnya.
            Dengan demikian pendayagunaan media pembelajaran untuk pelaksanaan pendidikan menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu hasil belajar. Salah satu media yang cukup efektif dan efisien adalah naskah audio pembelajaran (sadiman, 2009).
            Sehubungan dengan hal tersbut, maka diharapkan proses pembelajaran yang diberikan dapat lebih memberikan pengalaman yang berarti bagi siswa, sehingga perubahan perilaku dalam kawasan kognitif, afektif, ataupun psikomotorik yang dirumuskan pembelajaran dapat dicapai secara optimal (winkle, 1987).
            Salah satu mata pelajaran yang mengalami inovasi adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), IPS berkaitan dengan cara mencari tahu apa yang terjadi pada kehidupan sosial atau sehari-hari, sehingga IPS adalah ilmu pengetahuan yang berupa konsep kehidupan sehari-hari.
            IPS diperlukan dalam kehidupan untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Penerapan IPS perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga hubungan sosial manusia. Pada tingkat SMA, diharapkan adanya pembelajaran sosial, teknologi dan masyarakat secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat mutu karya melalui penerapan IPS dan kompetensi Kerja Ilmiah secara bijaksana (Depdiknas 2006).
Tuntutan kurikulum seperti diatas harus dapat dilaksanakan dalam pembelajaran IPS, sehingga perlu diterapkan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, agar belajar tidak membosankan sehingga mampu menghasilkan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan.
Dari latar belakang diatas, dapat dilihat kondisi siswa kelas X.1 SMAN 1 Pemulutan Selatan (PemSel) relatif heterogen, dari segi sarana yang dimiliki. Berdasarkan segi buku wajib yang harus dimiliki siswa, tidak ada satu pun siswa yang memilikinya, hal ini dikarenakan adanya buku pinjaman dari sekolah.
Hal tersebut, mengakibatkan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari 33 siswa lainnya hanya 10 siswa saja yang mampu, dan untuk mengungkapkan dengan lisan sangat rendah, yaitu mencapai 23 orang.
Rendahnya hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dapat mengakibatkan proses belajar menjadi kurang optimal sehingga materi yang disajikan menjadi tidak tuntas. Di SMAN 1 Pemulutan Selatan (Pemsel) hal tesebut diakibatkan rendahnya kemauan siswa untuk belajar dan kurang menariknya proses belajar yang diberikan oleh guru.
Oleh karena itu, sebagai seorang profesional maka wajib bagi guru untuk membuat kondisi belajar mejadi optimal. Dari hal tersebut guru mencoba membuat media naskah audio, untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru memilih media audio visual dikarenakan senangnya siswa-siswi mendengarkan lagu pada waktu istirahat . Sebelumnya media sejenis audio visual adalah media lagu, juga digunakan oleh gustiani mahasiswi dari Universitas Pendidikan Indonesia dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa lagu dapat digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka simak, dan hasil penelitiannya media lagu digunakan sebagai penunjang pendidikan ke arah kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang lebih mengasyikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa media naskah audio dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa media naskah audio berpengaruh terhadap meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai media lagu dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Naskah Audio Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 PemSel”.
B. Rumusan Masalah
            Dari uraian latar belakang, maka rumusan masalah pada proposal penelitian ini yaitu;
1.        Bagaimana Pengaruh Penggunaan Media Naskah Audio Terhadap Motivasi Siswa Di SMA N 1 PemSel?
2.        Bagaimana Pengaruh Penggunaan Media Naskah Audio Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMA N 1 PemSel?
C. Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan dari proposal penelitian ini adalah
1.        Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media naskah audio terhadap motivasi siswa di SMA N 1 PemSel.
2.        Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media naskah audio terhadap hasil belajar siswa di SMA N 1 PemSel.



D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan media naskah audio di sekolah, sedangkan secara prktis;
1.        Bagi lembaga; dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
2.        Bagi guru; dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
3.        Bagi siswa; dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
II. Pembahasan
A. Pengertian Media Pembelajaran
Seseorang belajar karena ada yang mengajar. Proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja, dan dimana saja. Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses pembelajaran sangat penting. Dengan berkembangnya ilmu penegtahuan dan teknologi maka berkembang pula tugas dan peran guru, seiring dengan berkembangnnya jumlah anak yang memerlukan pendidikan.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SMA dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), salah satu rencana strategis pemerintah antara lain (Diknas, 2003) adalah;
1.      Meningkatkan kemampuan profesional guru, melalui pengembangan pelaksanaan proses pembelajaran,
2.      Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajran melalui peningkatan kemampuan guru dalam mengelola belajar dan sumber-sumber belajar lainnya, agar dapat mendorong siswa belajar secara maksimal.
3.      Mengembangkan siswa dalam berprestasi.
Oleh karena itu, maka sekolah dan guru berkewajiban membuat dan menyediakan sumber belajar berupa alat yang dikenal dengan media pembelajaran, terdapat banyak pengertian media pembelajaran dalam berbagai sumber seperti dibawah ini
Media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Gagne, 1970).
Media pembelajaran adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi dalam belajar (Association of Education and Communication Technology/ AECT).
Briggs (1970) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Yueh-Min Huang, Yu-Lin Jeng and Tien-Chi Huang (2009) the mobile blogging system in a collaborative learning model as well as to explore the learning behavior of mobile blogger. We highlight the importance of mobility and blogging applications in a collaborative learning environment. Thus, an educational mobile blogging system is implemented for this purpose. The designed learning activity focuses on exploring students’ learning outcomes from the proposed three aspects in the Introduction section. The results of the conducted learning activity were evaluated by the questionnaire, which reveal our observations and findings. We found that the mobile blogging system can provide more authentic context learning example and help to solve the coordination issue in a collaborative learning environment. In addition, the developed mobile blogging system established a mobile blog-based learning environment which brings students a similar manipulation of web-based blogging system in daily life and ties no position and time limitations.
Dari tulisan Yueh-Min Huang, Yu-Lin Jeng and Tien-Chi Huang menyatakan bahwa Penelitian ini bertujuan untuk mencari efek pembelajaran sistem blog mobile dalam model pembelajaran kooperatif sekaligus untuk mengekplorasi perilaku belajar para blogger. Kami menyoroti pentingnya mobilitas dan aplikasi blog dalam lingkungan pembelajaran kooperatif. Karenanya, sistem blog pendidikan yang bersifat mobile digunakan untuk tujuan ini. Desain aktivitas pembelajaran difokuskan untuk mengeksplorasi hasil belajar siswa melalui 3 aspek yang dikemukakan dalam bagian pendahuluan. Hasil dari aktivitas pembelajaran yang dilakukan kemudian di evaluasi melalui kuestioner, yang mengungkapkan hasil observasi dan temuan kami. Kami menemukan bahwa sistem blog mobile dapat memberi contoh konteks pembelajaran yang lebih nyata dan membantu untuk memecahkan masalah kerja sama dalam lingkungan pembelajaran kolaboratif. Sebagai tambahan, sistem blog mobie yang telah dikembangkan membentuk lingkungan pembelajaran berbasis blog mobile yang membawa siswa pada manipulasi sistem sistem blog berbasis web dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terikat tempat maupun waktu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bentuk komunikasi cetak, maupun audio visual serta peralatannya yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses pembelajaran terjadi.
B.  Perkembangan Media Pembelajaran
Pada mulanya media pemebelajaran hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah bantu visual, misalnya gmabar, model, objek dan alat-alat yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertangahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual aids (AVA).
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penghilatan dan pendengaran untuk menghindar verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. (Lihat Gambar 1.1)

















                                                                                    





Gambar 1.1 kerucut pengalaman E.Dale (sumber:buku media pendidikan)

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga bantu media juga berfungsi penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat penyalur pesan atau media. Teori ini sangat penting dalam penggunaan media untuk kegiatan program-program pembelajaran.
Baru pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Pada saat itu teori tingkah (behaviorism theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Toeri ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah laku tersebut menjadi adat kebiasaan, setiap ada perubahan tingkah laku positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah betul. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Media instruksional yang terkenal yang dihasilkan teori ini ialah teaching machine dan programme instruction.
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Program pemebalajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara menggunakannya telah dipertimbangkan dan ditentukan dengan seksama.
Pada dasarnya para guru dan ahli audio visual menyambut baik perubahan ini. Guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, mulai dipakai media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa berbeda-beda.
Guru dan media pembelajaran hendaknya bahu-membahu dalam memberi kemudahan belajar bagi siswa. Perhatian dan bimbingan secara individual dapat dilaksanakan oleh guru dengan baik semantara informasi dapat pula disajikan secara jelas, menarik dan teliti oleh media pembelajaran.
Jadi, media pembelajaran memberikan solusi kepada guru untuk selalu menyajikan materi pembelajaran dengan jelas, menarik dan teliti, sehingga menimbulkan pengalaman belajar yang bermanfaat bagi siswa.


C.  Proses Pembelajaran sebagai Proses Komunikasi
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada dikurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan (siswa) menafsirkan simbol-simbol tersebut.
Adakalanya penafsiran tersebut berhasil, adakalanya tidak. Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil berarti kegagalan dalam memahami apa-apa yang disampaikan, diamati dan dilihat.









Gambar 1.2 Proses komunikasi yang gagal
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau pengahalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers atau noises.
Faktor penghambat dari penerimaan pesan adalah minat, sikap, pendapat, kepercayaan, pengetahuan, kultural dan hambatan fisik (kelelahan, sakit, cacat tubuh dan keterbatasan indera). Siswa yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta gurunya tentu hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan yang siswa benci atau tak menyukai semua.
Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belaajr yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dapat dibantu dibatasi dengan adanya pemanfaatan media pembelajaran. Jadi, guru dan media bekerja sama, bahu membahu dalam menyajikan pesan.
 






Gambar 1.3 proses komunikasi yang berhasil (Sumber: buku media pendidikan)

Terkadang, guru tak banyak berperan karena proses pembelajaran terjadi dalam jarak jauh, atau guru sedang berhalangan hadir. Pada situasi seperti ini, buku, modul, media audio, video dan film dapat dijadikan sumber pesan dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga siswa masih dapat memperoleh materi sesuai dengan jadwal yang ada. Siswa berinteraksi dengan media secara tidak langsung lewat media yang ada.
Jadi, proses pembelajaran sebagai proses komunikasi harus menimbulkan kesamaan persepsi dari yang disampaikan oleh guru sehingga menimbulkan persepsi yang sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dan hal tersebut dapat menimbulkan interaksi yang dihsilkan akan lebih optimal.

D.  Kegunaan Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
a.       Objek yang terlalu besar, dapat diganti dengan relita gambar;
b.      Objek yang kecil, dapat dibantu dengan menggunakan proyektor;
c.       Gerak yang lambat atau cepat dapat dibantu dengan menggunakan timelapse;
d.      Kejadian masa lampau dapat dibantu dengan menggunakan rekaman film;
e.       Objek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat dibantu dengan menggunakan model diagram.
f.       Konsep yang terlalu luas (gunung, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat dibantu dengan menggunakan gambar.

3.      Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam media pembelajaran berguna untuk:
a.    Menimbulkan kegairahan belajar;
b.    Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
c.    Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan minatnya.
4.      Dengan sifat yang unik dari setiap siswa dan lingkungan yang berbeda sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru mengalami kesulitan bilamana semuanya harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a.    Memberikan perangsang yang sama;
b.    Mempersamakan pengalaman;
c.    Menimbulkan persepsi yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa, kegunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru, dan dengan adanya bantuan media dalam proses pembelajaran membuat siswa lebih bersemangat dalam menerima pembelajaran yang disampaikan, karen tidak monoton.
E.  Jenis dan Karakteristik Media
1.      Taksonomi
Dalam teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponene dari sistem instruktursional disamping pesan, orang, teknik, latar dan peralatan. Media adalah perangkat lunak yang (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media (AECT, 1977). Dengan adanya berbagai pengaruh ke dalam khasanah pendidikan seperti ilmu cetak-mencetak, tingkah laku (behaviorisme), komunikasi dan laju perkembangan teknologin elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan format (modul cetak, film, televisi, komputer dan sebagainya) masing-masing mempunyai ciri-ciri dan kemampuannya sendiri. Beberapa contoh usaha ke arah taksonomi media tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Taksonomi menurut Rudy Bretz
Bretz mengidentifikasin ciri utama media menjadi tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Bretz juga membedakan 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak 7) media audio, 8) media cetak.
2.      Hierarki Media menurut Duncan
Duncan menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasarannya di satu pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya dalam satu hierarki. Semakin sulit suatu perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya. Duncan, menyusun media berdasarkan tingakt kerumitan perangkat dan media yang digunakan.
3.      Taksonomi Briggs
Media dikategorikan menurut stimulus yang dapat ditimbulkan dari media sendir, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tuga pembelajaran, bahan dan transmisinya. Briggs, mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar.
4.      Taksonomi menurut Gagne
Gagne, membuat 7 macam pengelompokkan media, yaitu benda untuk dideminstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh media ini dikelompokkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingakatan belajar yaitu pelontar stimulus, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.
5.      Taksonomi menurut Edling
Menurut edling, media adalah sesuatu yang terpusat pada rangsangan belajar saja.
Dari berbagai contoh yang telah dituliskan, bahwa menyusun suatu taksonomi media adalah berlaku umum, dan menurut Schramm (1977) membedakan media rumit, media mahal, media sederhana dan media murah. Selain itu, diperlukan kontrol pemakai, kesiapan dan kesesuaian untuk belajar mandiri, dan kemampuannya untuk memberikan umpan balik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun suatu pengelompokkan, bentuk dan tujuannya dapat memperjelas perbedaan dalam fungsi dan kemampuannya. Hal ini sangat diperlukan dalam menentukan pilihan atas media, agar apa yang disampaikan oleh media dan guru dapat menimbulkan persepsi yang sama dengan seluruh siswa yang sedang belajar.
2.      Karakteristik Media
Adapun karakteristik media yang lazim dipakai menurut sadiman dkk (2009) yaitu:
1.      Media Grafis
Media grafis merupakan media visual (gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan atau chart, grafik, kartun, poster, papan flanel, papan buletin).
2.      Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran (radio, alat perekam, laboratorium bahasa).
3.      Media Proyeksi Diam
Contohnya film bingkai, film rangkai, mikrofis, tv, video, permainan dan simulasi.
Jadi, dari karakteristik media yang ada, diharapkan guru dapat membuat media-media lain yang sejenis untuk memperkaya khasanah pendidikan, khususnya mempermudah proses pembelajaran.

F.   Media Naskah Audio




G. Motivasi
Proses belajar mengajar di sekolah bersifat sangat kompleks, karena di dalamnya terdapat aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis. Aspek pedagogis merujuk pada kenyataan bahwa belajar mengajar di sekolah terutama di sekolah dasar berlangsung dalam lingkungan pendidikan dimana guru harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan, melalui proses belajar mengajar di dalam kelas. Aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa siswa yang belajar di sekolah memiliki kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Selain itu, aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi, misainya: ada belajar materi yang mengandung aspek hafalan, ada belajar keterampilan motorik, ada belajar konsep, ada belajar sikap dan seterusnya. Adanya kemajemukan ini menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis merujuk pada. pengaturan belajar siswa oleh tenaga. pengajar. Dalam hal inipun, ada. berbagai prosedur didaktis. Berbagai cara mengelompokkan, dan beraneka macam media pengajaran. Guru harus menentukan metode yang paling efektif untuk proses belajar mengajar tertentu sesuai dengan tujuan instruksional. yang harus dicapai. Demikian pula dengan kondisi internal dan eksternal belajar yang harus diciptakan oleh pengajar, sangat bervariasi. Kondisi tersebut, disebut dengan motivasi, adapun pengertian motivasi seperti berikut
Donald (2004) mengemukakan bahwa motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Santrock (2008), motivasi adalah proses yang memeberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
“Gage dan Baliner (1992) mengungkapkan bahwa motivasi adalah hal-hal mendorong dan mengarahkan aktifitas seseorang. Berdasarkan definisi tersebut di atas bahwasannya ada 3 (tiga) aspek yang termaktub dalam motivasi yaitu: (1) keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state); (2) perilaku yang timbul dan terarah; (3) goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut”.
Berdasarkan pengertian motivasi menurut ahli, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu tindakan yang berbentuk dorongan agar menggapai tujuan yang spesifik sebagai wujud dari kegigihan.
H.  Siklus Motivasi
Pada umumnya motivasi memiliki sifat siklas (melingkar), yaitu motivasi timbul, memicu perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan (goal) tercapai, motivasi itu terhenti. Namun motivasi itu bergerak ketika ada kebutuhan lagi. Secara sederhana siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut:








Keterangan:
1) driving state
2) Instrumental behavior
3) Goal
 





Siklus tersebut di atas merupakan siklus sederhana, siklus motivasi yang kompleks lebih dipengaruhi oleh faktor kognitif meliputi berpikir, ingatan, dan persepsi yang dapat dilihat melalui bagan berikuti ini.
 





The motivational cycle with cognitive factors added
(Modified from Deci, 1975, dalam Morgan, dkk, 1984)

H. Teori-teori Motivasi
Mengenai motivasi ini ada beberapa teori yang memberikan gambaran tentang seberapa jauh peranan pada stimulus internal dan eksternal. Teori tersebut meliputi: (1) Teori insting (instinct theory), (2) teori dorongan (drive theory), (3) teori insentif (incentive theory),(4) teori atribusi (attribute theory), dan (5) teori kognitif (cognitive theory). Teori insting menyebutkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh insting. Insting sendiri diartikan sebagai perilaku innate, perilaku bawaan dan akan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman. Teori dorongan bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Teori atribusi menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang dari disposisi internal ataupun keadaan eksternal. Terakhir, teori kognitif  menyebutkan bahwa organisme berperilaku sesuai dengan pilihannya yang tentunya memberikan manfaat baginya. Kemampuan memilih ini berarti faktor berpikir berperan dalam menentukan pilihannya.
I. Jenis-jenis motivasi
Menurut Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif–motif (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi.
J. Motivasi Berprestasi
Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi. Menurut Mc Clelland dalam Amirullah (2002:154-155) mengemukakan tiga kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Orang dengan kebutuhan yang tinggi cenderung suka bertanggung jawab untuk memecahkan berbagai macam persoalan, mereka cenderung menetapkan sasaran yang cukup sulit untuk mereka sendiri dan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan untuk mencapai sasaran tersebut. Lebih lanjut Mc Clelland dalam Handoko (1983:256) mengemukakan bahwa orang-orang yang berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan, yaitu :
1. Menyukai pengambilan resiko yang layak (moderat) sebagai fungsi keterampilan, bukan kesempatan ; menyukai suatu tantangan ; dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.
2. Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi yang layak dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan.
3. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang telah dikerjakannya.
4. Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan mempunyai kemampuan-kemampuan organisasional.
Menurut Maslow dalam Darsono (2000:101-102) mengemukakan bahwa manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :
1) Kebutuhan jasmaniah, seperti : makan, minum, istirahat, seksual dan sebagainya.
2) Kebutuhan keamanan (rasa aman), seperti : ingin sehat, ingin terhindar dari bahaya, ingin menghilangkan kecemasan dan lain-lain.
3) Kebutuhan untuk memiliki dan dicintai, seperti : ingin berteman, ingin berkeluarga, ingin masuk dalam suatu kelompok dan lain – lain.
4) Kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri), seperti : ingin dihargai, dipercaya, dihormati oleh orang lain dan lain-lain.
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri, seperti : keinginan untuk mengembangkan potensi diri, bakat dan keterampilan, keinginan berprestasi, keinginan mencapai cita-cita dan sebagainya.
6) Kebutuhan untuk tahu dan mengerti, seperti : mencari ilmu atau menempuh pendidikan setinggi-tingginya yang didorong rasa ingin tahu.
7) Kebutuhan estetis, yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan keindahan.
Sedang menurut Morgan dalam Sardiman (2005:78-80) mengemukakan bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas
2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
3) Kebutuhan untuk mencapai hasil atau cita-cita
4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan itu berasal dari diri sendiri yang menuntut untuk dipenuhi. Keinginan seseorang untuk dapat memenuhi semua kebutuhannya tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu yang mengarah pada pencapaian pemenuhan kebutuhan. Hal ini dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang guna membekali diri dengan hal hal yang diperlukan dalam mencapai tujuannya tersebut.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu:
1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari :
a) Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.
b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain. (Muhidin Syah, 1995:108-115)
Sumanto (1990:108-115) menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar anak menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor-faktor stimulasi belajar
Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini mencakup materiil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.
2) Faktor metode belajar
Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi dan metode yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2) Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3) Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4) Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5) Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
  • Membentuk kebiasaan belajar yang baik
  • Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
  • Menggunakan metode yang bervariasi, dan
  • Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-didiknya. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
K. Hasil Belajar
           
L. Mata Pelajaran Ekonomi
           
L. Pengaruh Penggunaan Media Naskah Audio Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 PemSel
           






III. Hipotesis
Ha       : Ada Pengaruh Penggunaan Media Naskah Audio Terhadap         Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi SMA N 1 PemSel.
Ho       : Tidak Ada Pengaruh Penggunaan Media Naskah Audio Terhadap        Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi SMA N 1 PemSel.

IV. Metodologi Penelitian
A.  Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 PemSel, yang beralamat di jalan Raya Sungai Lebung Kabupaten Ogan Ilir Indralaya.

B.  Metode
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kemungkinan saling berhubungan antara penggunaan media naskah audio dengan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
Langkah-langkah penelitian ini, yaitu akan membandingkan kelas perlakuan yang menggunanakan media naskah audio dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media naskah audio. Penelitian ini akan dilakukan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta dan sifat populasi dalam mata pelajaran ekonomi.





C.  Variabel dan Defenisi Operasional Variabel
1.    Variabel Penelitian
Variabel terikat           : Hasil Belajar siswa
Variabel  bebas           : Penggunaan media naskah audio pada mata pelajaran ekonomi.
Variabel moderator     : Motivasi  
2.    Defenisi Operasional Variabel
Agar variabel lebih jelas, maka untuk kepentingan penelitian ini motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa, serta penggunaan media naskah audio perlu didefenisikan secara operasional.
2.1    Motivasi
2.2    Hasil Belajar
2.3    Penggunaan Media Naskah Audio

D.  Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas x semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di SMA N 1 PemSel yang mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan mata pelajaran ekonomi, terdiri dari 4 kelas, alasan memilih kelas X sebagai populasi karena materi yang akan digunakan dalam naskah audio sangat sesuai dengan materi kelas X, yaitu berupa teori dan non matematik. Adapun rinciannya yaitu:
Tabel 1. Populasi Penelitian
Kelas
Jumlah Siswa
X.1
31
X.2
33
X.3
32
X.4
32
Jumlah
128
Sumber: Dokumentasi SMA N 1 PemSel
          Teknik pengambilan sampel menggunakan

E.  Metode Pengumpulan Data

F.   Analisis Data












Tidak ada komentar:

Posting Komentar