Assalammualaikum...

Ketika butuh sebuah bahan referensi, semoga Blog ini bermanfaat.. Wassalammualaikum

Selasa, 10 April 2012

JAWABAN MID TEORI BELAJAR


MID SEMESTER

Nama
Rizki Alhairiah
NIM
20112513026
Kelas
Teknologi Pendidikan Sore A
Mata kuliah
Teori Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu
Prof. Waspodo, M.Ed, Ph. D
Dr. Yosef
Dr. Edi Harapan, M.Pd

Percobaan 1
Lakukan percobaan pada satu anak Sekolah Dasar (SD) di kelas tinggi dengan menggunakan labirin yang cukup rumit. Berikan kesempatan kepada anak untuk mencoba beberapa kali sampai berhasil. Rekam percobaan ini dengan menggunakan video. Berikan ulasan dengan merujuk teori belajar yang sesuai terhadap persoalan anda tersebut.

Jawab:
Data anak yang diberi permainan labirin yaitu:
nama   : Bella
kelas    : 6 SD
usia     : 11 tahun

Pada saat Bella melakukan permainan labirin, Bella melakukan tiga kali kesalahan dan tidak menemukan jalan keluar, tetapi kemudian untuk yang ke empat kali, bella menemukan jalan yang benar. Pada percobaan pertama mengenai permainan labirin, hal tersebut berkaitan dengan teori belajar Thorndike. Karena, Teori belajar Thorndike terkenal dengan istilah Trial and Error.
Teori belajar Thorndike terdiri dari:
a.  adanya suatu motif pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu;
b. seseorang berusaha dapat melakukan berbagai macam respon dalam rangka memenuhi motif-motifnya;
c. respon-respon yang dirasakan tidak bersesuaian dengan motif seharusnya dihilangkan. Akhirnya seseorang mendapatkan jenis respon yang paling tepat.
Beberapa hukum belajar yang ditetapkan Thorndike yaitu:
1. hukum kesiapan (Law of Reatness), seseorang akan melakukan sesuatu dan ia lakukan dan ia merasa puas;
2. hukum latihan (Law of Exercise), seseorang akan belajar melakukan latihan terlebih dahulu;
3. hukum akibat (Law of Effect), hubungan stimulus dan respon akan terjadi (adanya ransangan).
Pendapat Thorndike tentang prinsip-prinsip belajar yaitu:
1. pada saat seseorang berhadapan dengan sebuah situasi yang termasuk baru, berbagai ragam respon yang ia lakukan. Respon-respon tersebut dapat berbeda antara satu dengan lainnya hingga akhirnya seseorang mendapatkan respon yang benar;
2. pada diri seseorang sebenarnya terdapat potensi untuk mengadakan seleksi terhadap unsur – unsur yang penting dan kurang penting, hingga akhirnya menemukan respon yang tepat;
3. orang cenderung memberikan respon yang sama terhadap situasi yang sama;
4. orang cenderung mengadakan assosiatif shift thing yaitu menghubungkan respon yang ia kuasai dengan situasi tentang tatkala menyadari respon yang penting.
            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, setelah pengajar memberikan rangsangan kepada Bella untuk mengerjakan permainan labirin, maka akan timbul respon dari Bella untuk menyelesaikan permainan labirin dengan benar, akan tetapi hal tersebut tidak lancar begitu saja, Bella mengalami kesalahan sebanyak tiga kali kemudian berhasil. Kesalahan yang dibuat Bella tidak membuatnya putus asa (dijadikan sebagai latihan (Law of exercise)) agar menemukan penyelesaian yang benar. Kemudian dia mencoba lagi dan lagi, hal tersebut dia lakukan karena pengajar mengatakan “aduh Bella sudah tiga kali salah” secara tidak langsung kata-kata tersebut memberikan Law Effect sehingga muncul assosiatif shift thing pada diri Bella untuk menyadari rangsangan yang diberikan oleh pengajar sehingga menimbulkan respon bahwa dia tidak boleh salah lagi. Selain itu, pada tahapan bermain labirin sesuai dengan tahapan usia Bella, yang mempunyai potensi untuk mengolah rangsangan dan respon hingga akhirnya menemukan respon yang tepat untuk dirinya.

Percobaan 2
Lakukan percobaan berikut ini pada satu anak yang duduk di kelas rendah sekolah dasar (kelas satu). Siapkan dua gelas yang masing-masing berisi air sama penuhnya, dan dua alat makan yang berbeda dan tidak transparan, serta dapat menampung cairan, salah satu melebar dan lainnya meninggi. Kepada anak ajukan pertanyaan apakah masing-masing gelas sama penuhnya. Jika tidak kurangi yang penuh sampai anak menyatakan sama penuhnya. Lalu tuangkan air pada masing-masing pada masing-masing alat makan yang telah anda siapkan. Minta anak untuk mengamati keduanya dengan seksama. Ajukan pertanyaan manakah yang lebih banyak air pada masing-masing alat makan tersebut. Catat jawaban dan alasan anak mengapa ia berpendapat demikian. Berikan ulasan dengan mengacu pada teori belajar yang relevan terhadap percobaan anda. Jangan lupa rekam dengan menggunakan kamera video dengan kualitas gambar dan suara yang baik.

Jawab:
Data anak yang diberi percobaan ke dua yaitu:
nama   : Yasmine
kelas    : 1 SD
usia     : 6 tahun

Pada saat percobaan dimulai, Yasmine diberikan pengarahan untuk melihat keadaan air pada cangkir A dan B, kemudian dia menjawab bahwa keadaan air sama penuhnya, lalu pengajar menuangkan air  dari gelas A ke gelas B, kemudian Yasmine menjawab gelas B lebih banyak. Kemudian pengajar memindahkan air di gelas A ke dalam mangkuk, kemudian dia menjawab gelas B airnya lebih banyak daripada di mangkuk. Setelah itu, pengajar memindahkan air yang ada di mangkuk ke gelas yang lebih tinggi, dan pengajar bertanya air yang mana yang lebih banyak, Yasmine menjawab B, kemudian air di gelas B dipindahkan sedikit ke cangkir tinggi dan dia menjawab bahwa cangkir yang tinggi lebih banyak airnya daripada cangkir B. Pada percobaan kedua yang telah dilakukan, maka percobaan tersebut berkaitan dengan teori belajar Piaget. Karena percobaan ke dua berkaitan dengan kemampuan kognitif anak, kemudian menurut piaget perkembangan kognitif mempunyai empat aspek yaitu 1) kematangan sebagai hasil perkembangan susunan syaraf, 2) pengalaman yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan dunianya, 3) interaksi sosial yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosia, 4) ekuilibrasi yaitu kemampuan mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Piaget juga mengemukakan tahapan dalam perkembangan intelektual anak yaitu 1) periode sensori motor usia 0-2 tahun, 2) periode pra operasional usia 2-7 tahun, 3) peroide operasional konkret usia 7-11 tahun dan 4) periode operasional formal (11-dewasa). Teori piaget juga mengemukakan bahwa konsep dasar dari teorinya yaitu 1) skema adalah anak mengingat dari apa yang dia lihat untuk di adaptasikan terhadap lingkungan dan menata lingkungan secara intelektual, 2)asimilasi adalah mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yang ada, 3) akomodasi adalah penciptaan skema baru atau pengubahan skema lama.




 













gambar 1. Pengalaman belajar Yasmine

Dari penjelasan diatas, apa yang dialami Yasmine yaitu dia berada pada periode pra operasional karena usianya 6 tahun, lalu Yasmine melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati apa yang disampaikan pengajar sehingga muncul tingkah laku simbolisasi pada dirinya. Kemudian, dari beberapa kali gelas dan air dipindahkan, Yasmine mengamatinya dengan lama, kemudian dalam menjawab (membutuhkan waktu yang lama untuk memahami dan mengamati perubahan yang ada pada air di dalam gelas tersebut), karena dia mencoba mengasimilasi skema yang pertama kali dia lihat (hanya sebatas ingatan sederhana pada gelas yang sama tingginya dengan keadaan air sama penuhnya), sedangkan pada saat gelas diganti menjadi mangkuk, ia kesulitan untuk menjawab, pada saat inilah kemudian muncul akomodasi yang membuatnya dapat menjawab dengan tepat, walaupun dibantu oleh pengajar untuk menekankan gelas mana yang airnya lebih banyak, atau sama penuhnya. Selain itu, Yasmine hanya mampu mengemukakan apa yang dia amati dengan alasan yang masih sangat sederhana, karena dia hanya dapat menjawab air pada gelas A lebih banyak atau sama penuhnya tanpa melihat tempat yang menampung air tersebut lebar atau tinggi.

Percobaan 3
Lakukan percobaan untuk membuktikan tahap-tahap perkembangan moral Kohlberg pada dua anak kelas rendah dan dua anak kelas tinggi. Berikan soal secara elaboratif yang bersifat kontekstual, kemudian tanyakan masing-masing pertimbangan anak mengapa mereka memberikan pilihan jawaban tersebut. Jangan lupa merekam kegiatan percobaan tersebut. Ulas adakah perbedaan signifikan diantara kedua kelompok anak tersebut.

Jawab:
Kita lakukan terlebih dahulu pemahaman dari tingkatan teori belajar Kohlberg yaitu terdiri dari:

a.      Tingkat pertama: Penalaran Prakonvensional
Penalaran Prakonvensional adalah : tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral- penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Dengan kata lain aturan dikontrol oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku yang buruk mendapatkan hukuman.
1.    Tahap pertama. Orientasi hukuman dan ketaatan yaitu : pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
2.    Tahap kedua. Individualisme dan tujuan yaitu: pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
b.      Tingkat kedua : Penalaran Konvensional
Penalaran Konvensional merupakan suatu tingkat internalisasi individual menengah dimana seseorang tersebut menaati stándar-stándar (Internal)tertentu, tetapi mereka tidak menaati stándar-stándar orang lain (eksternal)seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat.
1.   Tahap ke tiga. Norma-norma Interpersonal yaitu : keadaan seseorang menghargai kebenaran, keperdulian dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik.
2.   Tahap ke empat. Moralitas Sistem Sosial yiaitu : suatu pertimbangan didasarkan pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan dan kewajiban.
c.       Tingkat ketiga : Penalaran Pascakonvensional
Penalaran Pascakonvensional yaitu : Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode.
1.    Tahap kelima. Hak-hak masyarakat bertentangan dengan hak-hak individual yaitu : nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain.
2.    Tahap keenam. Prinsip-prinsip Etis Universal yaitu : seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia universal. Dengan maksud, bila sseorang itu menghadapi konflik antara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati.
Pada perkembangan moral menurut Kohlberg menekankan bahwa dalam ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada saat anak berusia sebelum 9 tahun, anak cenderung pada tingkat prakonvensional. Kemudian, pada masa awal remaja cenderung pada tingkat konvensional dan pada awal masa dewasa cenderung pada tingkat pascakonvensional. Demikian hasil teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam psikologi umum.
Data anak yang diberi percobaan adalah 1) Bella (B) usia 11 tahun, 2) Yasmine (Y) usia 6 tahun, 3) Felix (F) usia 6 tahun dan 4) Richrad (R) usia 11 tahun.
Tabel 1. Daftar Pertanyaan Tahap Pertama
No
Pertanyaan
Jawaban
Ket
1
Mencuri itu boleh apa tidak boleh.
Tidak boleh
B, Y, F dan R
2
Memukul teman tanpa alasan itu boleh apa tidak boleh.
Tidak boleh
B, Y, F dan R
3
Membolos itu boleh apa tidak boleh.
Tidak boleh
B, Y, F dan R

Tabel 2.  Daftar Pertanyaan dengan Mengemukakan Alasan
No
Pertanyaan
Jawaban
Alasan
Ket
1
Seandainya orang tuamu sakit, sehingga kamu harus merawat orang tuamu, tetapi besok kamu ulangan dan kamu tidak bisa belajar, sehingga
Tidak boleh
R: karena mencotek itu perbuatan tidak baik.
B: karena tugas kita harus belajar.
Y: karena tugas kita belajar
F: walaupun akan mencontek, kita tetap harus belajar.
B, Y, F dan R
2
Seandainya ada
teman yang memukul kita, boleh tidak kita membalas perbuatannya.
Tidak boleh
F: karena permasalahan tidak akan selesai
B: karena menyakiti diri kita sendiri dan orang lain.
R: karena itu perbuatan tidak baik.
Y: karena jika dibalas, itu perbuatan berdosa.
B, Y, F dan R

Untuk pertanyaan pada tahap pertama dan kedua, semua anak diberikan pertanyaan secara elaboratif dari tingkatan pertanyaan mudah tanpa mengemukakan alasan, semua anak diajak untuk berpikir dengan konsep yang sederhana sampai ke pertanyaan sulit. Pada pertanyaan tahap pertama, semua anak mempunyai jawaban yang sama. Bahwa mencuri itu tidak boleh, memukul teman tanpa alasan tidak boleh dan membolos tidak boleh. Sedangkan pada pertanyaan tahap kedua, semua anak diberikan pertanyaan yang sama, akan tetapi mereka wajib mengemukakan alasan mengapa mereka memilih jawaban itu. Kemudian, pengajar menyimpulkan mengapa perbuatan itu tidak boleh dilakukan, sehingga menimbulkan komponen kritis dan ringkasan dari setiap pertanyaan yang diterima semua anak.
Pada pertanyaan tahap pertama dan kedua, Yasmine dan Felix berada pada tingkat penalaran pra konvensional tahap pertama dan kedua, karena berdasarkan teori belajar Kohlberg mereka masih berorientasi pada hukuman dan ketaatan, anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat kemudian mereka melakukan ketaatan itu didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri bahwa kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah. Pada pertanyaan kedua Yasmine dan Felix membutuhkan waktu yang lama dalam mengemukakan pendapat, mereka hanya dapat berkata tidak boleh, tetapi pada saat mengemukakan pendapat, mereka masih menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti, sehingga diperlukan peran pengajar untuk meluruskan penjelasan mereka, agar tidak ambigu. Sesuai dengan pernyataan Kohlberg perkembangan moral menurut menekankan bahwa dalam ketentuan suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada saat anak berusia sebelum 9 tahun, anak cenderung pada tingkat prakonvensional.
Sedangkan Bella dan Richard pada pertanyaan tahap pertama mereka berada pada tingkat penalaran pra konvensional karena pertanyaan yang diberikan tidak menuntut mereka mengemukakan pendapat mengapa mereka memilih jawaban itu, jadi apa yang mereka jawab hanya berdasarkan pada ketaatan akan hukum.
Kemudian pada pertanyaan tahap kedua, mereka berada pada tingkat penalaran konvensional pada tahap ketiga dan keempat karena mereka sudah mampu memahami keadaan untuk menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik dan pada tahap ke empat moralitas sistem sosial yaitu  mereka sudah mampu untuk membuat sebuag pertimbangan yang didasarkan pada pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan dan kewajiban.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa tahap perkembangan moral anak dipengaruhi akan motif yang ingin dia capai dan usia yang mempengaruhi pemikirannya dalam memilih tindakan yang benar, salah, boleh, tidak boleh ataupun perbuatan yang terdesak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar